Selasa, 05 Oktober 2010

NOVIANA TRI LESTARI/K7109139/III B

Pembelajaran Berbasis Multipel Intelegensi

Sejak dahulu hingga sekarang masih banyak pertanyaan muncul berkaitan dengan intelegensi atau kecerdasan ini, misalnya mengapa anak saya bodoh?Mengapa saya tidak sepandai dia? Apakah orang itu bodoh karena IQ-nya rendah? Dan seterusnya. Sekarang, pertanyaan-prtanyaan tersebut mulai bergeser menjadi, apakah kecerdasan anak saya dapat ditingkatkan? Siapa yang dapt meningkatkan kecerdasan? Bagaimana meningkatkan kecerdasan? Dan seterusnya. Di samping itu, masih banyak pertanyaan lain yang sering diajukan orang berkenaan dengan kecerdasan ini. Selain itu, muncul juga keluhan dari para guru bahwa mereka merasa telah menjelaskan materi sejelas-jelasnya, tetapi masih ada saja anak didik yang tidak dapat memahami pelajaran dengan baik. Banyak keluhan baik dari anak didik, orang tua, maupun pendidik tentang bagaimana agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik dan mendorong perubahan tingkah laku lebih baik dari peserta didik. Salah satu temuan yang sangat bermanfaat adalah bahwa setiap individu memiliki tidak hanya satu integensi tetapi lebih, yang disebut multiple intelligences atau kecerdasan ganda.
Pengertian Multipel Intelegensi
Istilah integensi atau kecerdasan bukanlah sesuatu yang baru bagi kita sebagai pendidik. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang intelegensi pun berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang melakukan penelitian tentang otak manusia secara fisik maupun potensinya.
Seorang filusuf, Prof. Robert Ornstein (dalam Udin S. Winataputra, 2008: 5.3) meneliti tentang potensi otak dan sifat-sifat fisiknya. Otak merupakan sekumpulan jaringan saraf yang terdiri dari dua belahan, yaitu otak besar dan otak kecil. Otak besar besar terdiri dari dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri, kedua belahan tersebut dihubungkan oleh serabut saraf.
Belahan otak kiri mempunyai fungsi mengendalikan aktivitas-aktivitas yang mencangkup matematika, logika, analisis dan menulis, serta aktivitas2 yang sejanis. Sedangkan otak sebelah kanan menangani aktivitas2 yang mencangkup imajinasi, warna, musik, irama, dan aktivitas2 lain yang sejenis. Ia mengatakan bahwa semua manusia memiliki satu otak yang utuh. Dengan ini, multiple intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, seseorang mampu memecahkan masalah yang berbeda sesuai konteksnya.
Pada dasarnya setiap anak memiliki 8 potensiintelegensi, yaitu bahasa, logis-matematis, visual-spasial (gambar), musical, kinestetik, intrapersonal (memahami diri sendiri), interpersonal (sosial), dan naturalis (memahami gejala sosial). Hanya saja, sering tidak semuanya terasah dengan baikoleh orangtua, pendidik, atau system pendidikan nasional, sehingga kurang berkembang. Padahal dengan seluruh potensi anak sejak dini, berarti anak diberi jalan untuk lebih mudah mencapai puncak sukses kelak. Kebanyakan ana memiliki sejumlah intelegensi yang dominan dengan gaya belajar yang berbeda yang diekspresikan dengan cara yang berbeda. Jika terlihat anak tidak tertarik pada satu bidang tertentu, dimungkunkan anak tersebut mempunyai lebih dari satu intelegensi primer.
Pelajaran yang dapat diambil dari penerapan teori multiple intelegensi dalam kegiatan pembelajaran adalah, bagaimana kita kita memsiapkan siswa, bagaimana kita mengajar, bagaimana kita melakukan penilaian dan bagaimana kita seorang guru mengembangkan diri di dalam melaksanakan pembelajaran berbasis multiple intelegensi. Teori multiple intelegensi merupakan satu alternative bagi guru dalam melakukan inovasi dalam mengajarnya, karena guru harus mencari terobosan2 baru untuk mengoptimalkan semua intelegensi yang dimiliki siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar