Jumat, 17 September 2010

Artikel inovasi pembelajaran Arini kurniawati / K7109034

Mengawali tulisan ini, saya ingin memberikan beberapa pemikiran dalam rangka upaya untuk mengembangkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan.
Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.
Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan (Karli dan Yuliaritiningsih, 2002).
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002) bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.
Siswa boleh saja berpikir secara global, tetapi mereka harus bertindak secara lokal. Artinya, setiap orang/siswa perlu belajar apa pun, bahkan mencari hikmah dari berbagai macam pengalaman bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, namun pengetahuan tentang pengalaman bangsa-bangsa lain tersebut dijadikan sebagai pembelajaran dalam tindakan di lingkungan secara lokal. Dengan cara kerja seperti itu, kita tidak perlu melakukan trial and error yang berkepanjangan, melainkan kita belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain, sementara kita sekadar meneruskan kerja dari paradigma yang benar.
Bekerja dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih, baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Katakanlah belajar ilmu sosial atau belajar ekonomi, maka lingkungan sosial dan ekonomi sekitar dapat menjadi laboratorium alam. Pembelajaran ini dapat dilakukan sembari melakukan pemberdayaan (empowering) terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sementara si pembelajar dapat melakukan proses pembelajaran dengan lebih baik dan efisien. Mohamad Yunus, penerima Nobel asal Bangladesh adalah orang yang banyak belajar berbasis lingkungan untuk mengembangkan ekonomi. Dengan mendirikan Grameen Bank, dia belajar sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar.
Berdasarkan hasil pengembangan di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Kamis, 16 September 2010

deviana yulianti/K7109049/3A

log pertemuan 1
"penjelasan mengenai inovasi pembelajaran
log pertemuan 2
buku refrensi,kontrak kuliah,nonton film 3 idiots

A. Nilai Utama Film 3 IDIOTS
Menurut saya film 3 IDIOTS memuat nilai-nilai pendidikan, persahabatan, dan perjuangan hidup. Film itu menggambarkan tentang pola pikir seseorang yang mampu merubah pandangan hidup orang-orang di sekitarnya.
Pada nilai pendidikan yaitu perjuangan 3 orang yang meiliki kemampuan dan kemauan berbeda (teknik mesin, fotografer alam liar, bussinessman) yang dituntut untuk menuntut ilmu dalam bidang yang sama yaitu teknik mesin demi memenuhi keinginan keluarga, dan memberikan pengertian bahwa belajar hendaknya berorientasi pada proses demi mendapatkan ilmu pengetahuan, bukan gelar semata.
Nilai persahabatan, yaitu persahabatan 3 orang yang memiliki kemauan yang berbeda, dan pada akhirnya mereka meraih keberhasilan karena kesetiakawananan yang kemudian diuji oleh berbagai cobaan dalam menjalankan kuliah.“Persahabatan itu lebih mulia daripada manusia itu sendiri”. Maka, hargailah persahabatan.
Berjuang dan Bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan salah satunya menjalani proses pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berani dalam mengambil tindakan dalam mencoba hal baru dan berani melawan hal subjektif selama merasa dirinya merasa benar.
B. Implikasi Film Tersebut Di Dalam Pembelajaran
1. Guru harus dapat menjadi seorang motivator dan inovator bagi peserta didiknya.
2. Pembelajaran bukan sebuah mesin yang selalu bekerja secara statis.
3. Belajar untuk menerapkan teori-teori yang telah di pelajari. Belajar dengan berorientasi pada proses, dan tidak terpaku pada materi pokok.
4. Fokus dalam belajar.
5.Murid Berani mengajukan pertanyaan dan pendapat kepada guru juga salah satu hal yang harus dilakukan oleh murid. Ini dapat membuat mereka kritis terhadap suatu permasalahan.
6.Belajar adalah memahami pengetahuan baru bukan menghafal isi buku.
7.Belajar bukan untuk mencari nilai tetapi untuk memperoleh pengetahuan.
8.Belajar bukan untuk mengejar kesuksesan, tetapi untuk membesarkan jiwa.
9.Keberhasilan merupakan kemampuan masing-masing individu.
10.Kejujuran salah satu proses dalam pembelajaran.
11.Jangan mudah putus asa. Percaya diri.
12.Belajar dan bekerjalah sesuai dengan pilihanmu sendiri, maka engkau akan senang menjalaninya.
13.Memanusiakan peserta didik. Peserta didik bukanlah objek yang kita gerakkan seperti robot. Mereka adalah subjek, mereka adalah manusia yang unik.
14.Jangan pernah mengejar kesuksesan. Jadilah orang besar, jadilah orang besar maka kesuksesan akan mengejarmu.
15.Mengajarlah dengan hati. Segala ses atu yang dilaksanakan dengan setulus hati maka akan membuahkan hasil yang baik. Begitu juga belajar dan mengajar.
16.Kompetitif dan disiplin. Bagaikan dua mata sisi mata uang yang tidak dapat
C. Kejelekan Dari Film Tersebut
1. kekuasaan digunakan sebagai alat untuk menindas orang lain.
2. Pemaksaan dalam menentukan perkuliahan.
3. Pembelajaran berorientasi pada hasil.
4. Pembelajaran adalah untuk mencari nilai tertinggi.
5. Mengumbar kehebatan, padahal masih ada yang lebih hebat dari dirinya.
6. Menyepelekan kemampuan peserta didik.
7. Menempatkan peserta didik sesuai peringkat atau kasta.
8. Mengambil keputusan tanpa melihat akibat yang akan terjadi.
9. Pembelajaran bersifat statis. Belajar berorientasi pada hasil.
10. Berbohong, merugikan orang lain.
11. Terlalu cepat dalam mengambil tindakan dan ceroboh
12. Menjustifikasi peserta didik dengan kata yang buruk. Misal: bodoh!
13. Sombong/ bangga diri dengan apa yang telah kita raih, dan Berbuat curang.
14. Mudah puas dengan apa yang telah dapat kita raih.
15. Membebani peserta didik dengan tekanan batin. “aturan yang kolot”!
16. Menghambat peserta didik untuk berkembang.
17. Menuntut orang nutuk menjadi apa yang kita mau. Karena belum tentu menurut kita baik, juga akan baik untuk orang tersebut.

Rabu, 15 September 2010

INOVASI PENDIDIKAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI/ACHMAD KHOMSIN / K7109001 /A


Perkembangan pendidikan secara nasional di era reformasi, yang sering disebut-sebut oleh para pakar pendidikan maupun oleh para birokrasi di bidang pendidikan sebagai sebuah harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini dengan berbagai strategi inovasi, ternyata sampai saat ini masih belum menjadi harapan. Bahkan hampir dikatakan bukan kemajuan yang diperoleh, tapi “sebuah kemunduran yang tak pernah terjadi selama bangsa ini berdiri”.
Kalimat tersebut mungkin sangat radikal untuk diungkapkan, tapi inilah kenyataan yang terjadi dilapangan, sebagai sebuah ungkapan dari seorang guru yang mengkhawatirkan perkembangan pendidikan dewasa ini.
Tidak dapat dipungkiri, berbagai strategi dalam perubahan kurikulum, mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai pada penyempurnaannya melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan sebuah inovasi kurikulum pendidikan yang sangat luar biasa, bahkan sangat berkaitan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni yang menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip MBS.
Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Maka dapat ditarik kesimpulan Ibahwa Inovasi pendidikan adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi dunia pendidkan. Contoh bidangnya adalah Managerial, Teknologi, dan Kurikulum.
Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.
Faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan          
1.Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas.Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright 1987)
2. Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bias terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga
mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.
3.Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.
 Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.unsur-unsur lain dalampendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikantidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Olehkarena itu, dalampembahruanpendidikan, perubahan itu henda nya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan darikedua-duanya akan berjalan searah.
4. Fasilitas
 Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisadiabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakanhal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan.Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bias dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya.
5. Lingkup Sosial Masyarakat.
 Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak,baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaanpembahruan pendidikan.Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukandalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bias merusak apabila mereka tidak diberitahu ataudilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.






ISMANTO/K7109106 3A/31


Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara dosen dan mahasiswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk ter-internalisasi dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif.
Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek  kognitif difasilitas lewat berbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill problem solving yang diharapkan wujud pada diri mahasiswa.
Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak harus terdapat 4 tahapan, yaitu :
  1. Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas, laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk berbagi dan mengolah informasi.
  2. Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, diskusi, tutorial,  adalah bagian dari tahap internalisasi.
  3. Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar adalah bagian dari proses balikan.
  4. Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi.
Seharusnya implementasi proses pembelajaran di perguruan tinggi senantiasa dievaluasi untuk memenuhi aspek-aspek diatas.

ARI JANAH AHYANI /III A/K7109031 ( ARTIKEL )


Mengenal Metode Belajar E-learning

Teknologi megalami kemajuan pesat di segala bidang termasuk di bidang pendidikan. Untuk itu metode pendidikan lama atau konvensional menjadi kurang efektif karena terbentur masalah ruang dan waktu. Maka dari itu metode e-learning menjadi solusinya. Apa sebenarnya e-learning itu? dan bagaimana penerapannya dalam dunia pendidikan?.
Secara definisi E-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan MP3 players. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidikan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda [Thomas Toth, 2003; Athabasca University, Wikipedia].
Dapat disimpulkan bahwa E-learning adalah sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam prose belajar mengajar. Jadi teknologi informasi berperan besar di sini.
Sejarah E-learning
E-learning atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruktion) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan e-learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Berikut perkembangan e-learning dari masa ke masa :
* Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan Audio) DALAM FORMAT
mov, mpeg-1, atau avi.
* Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.
* Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
* Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.
Untuk menyampaikan pembelajaran nya, e-learning tidak harus selalu menggunakan internet. Banyak media -media lain yang dapat digunakan selain internet. Seperti intranet, cd, dvd, mp3, PDA dan lain-lain.. Penggunaan teknologi internet pada e-learning umumnya dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang luas. Ada juga beberapa lembaga pendidikan dan perusahaan yang menggunakan jaringan intranet sebagai media e-learning sehingga biaya yang disiapkan relatif lebih murah.
Keuntungan lain belajar dengan metode e-learning seperti menghemat waktu , mengenhemat biaya perjalanan, menghemat biaya pendidikan, menjangkau wilayah geograis yang luas dan melatih kemandirian para pelajar dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.semoga metode pembelajaran ini menjadi solusi pendidikan di indonesia.
Sumber :teledoredu.com dan edufiesta

dwi rahmanto/k7109062/3A/21/artikel inovasi pembelajaran

Dunia pendidikan sekarang dituntut untuk senantiasa melakukan inovasi dalam pembelajaran, pada berbagai aspeknya, mulai dari visi, misi, tujuan, program, layanan, metode, teknologi, proses, sampai evaluasi. Para ahli pendidikan menyatakan bahwa sebaik apa pun materi pelajaran yang dipersiapkan tanpa diiringi dengan model pembelajaran yang tepat, pembelajaran tidak akan mendatangkan hasil yang maksimal.

Inovasi sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Di mana proses pembelajaran melibatkan manusia (siswa dan guru) yang memiliki karakteristik khas yaitu keinginan untuk mengembangkan diri, maju dan berprestasi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat (KBBI, 1990 : 330). Dari pengertian ini nampak bahwa inovasi itu identik dengan sesuatu yang baru, baik berupa alat, gagasan maupun metode.

Dari pengertian tersebut, maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Inovasi juga diartikan sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi.

* Discovery (penemuan sesuatu yang sebenarnya telah ada sebelumnya)
* Invention (menciptakan sesuatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya)

Hasbullah (2001) berpendapat bahwa ‘baru’ dalam inovasi itu merupakan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi.

Menurut Gagne (1975), setidaknya ada empat fungsi yang harus dilakukan guru kaitannya sebagai motivator. Pertama, arousal function atau membangkitkan dorongan siswa untuk belajar. Kedua, expectancy funtion yaitu menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran. Ketiga, incentive function maksudnya guru memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai siswa dalam rangka merangsang pencapaian prestasi berikutnya dan keempat, disciplinary function bahwa guru membantu keteraturan tingkah laku siswa.
Keempat fungsi tersebut, selayaknya diperankan dengan tepat oleh guru dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga diharapkan motivasi belajar siswa semakin lama akan semakin meningkat dan tinggi.

sumber :
   http://pena-deni.blogspot.com
   http://blog.unila.ac.id/hairuddin/2009/09/08/guru-harus-melakukan-inovasi
   http://nafilah.multiply.com/journal/item/26/STRATEGI_DAN_INOVASI_PEMBELAJARAN_SISWA_SD_

ARI JANAH AHYANI /III A/K7109031

INOVASI PEMBELAJARAN

Dosen pengampu Dr.H.Y.Padmono,M.Pd.

LOG 1

Inovasi pembelajaran bertujuan untuk memberi suasana baru bagi para siswa tentunya tanpa menyingkirkan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Dengan adanya inovasi dalam pembelajaran diharapkan para siswa akan mampu menyerap intisari pelajaran yang diterimanya dengan lebih mudah, efektif dan efisien tentunya.

LOG 2

Kontrak kuliah selama 1 semester

LOG 3

Pembelajaran melalui perangkat audiovisual adalah termasuk salah satu praktek inovasi dalam pembelajaran. dapat juga dimanfaatkan untuk minarik minat siswa agar lebih memperhatikan dan menangkap pokok pelajaran yang disampaikan, atau bisa juga dikatakan sebagai refreshing bagi para siswa yang mulai penat mendengarkan 'ceramah' guru.

Analisis Film 3 Idiots

Siapapun yang akan membuat suatu tontonan pasti akan memikirkan dampaknya bagi si penonton, tidak terkecuali Rajkumar Hirani, sutradara handal asal India yang berhasil dengan film terbarunya 3 Idiots. Film yang mengambil tema dari dunia pendidikan ini mengisahkan perjuangan 3 orang mahasiswa yang mengejar gelar Insinyur di sebuah Universitas ternama di India yang harus bersaing ketat dengan mahasiswa lainnya. Konflik yang dimunculkan pun sangat realible, banyak ditemui disekitar kita. 3 Idiots can open our mind.

Nilai umum yang dapat diambil :
1. Ketulusan dalam persahabatan mampu merubah hitam dunia menjadi terang. Persahabatan adalah tameng yang dapat melindungi kita dari berbagai pukulan. Persahabatan yang tulus takkan lekang oleh waktu.
2. Semakin tinggi kedudukan seseorang adalah ujian baginya, apabila ia mampu mengemban beban dengan baik akan menjadi berkah bagi orang-orang dibawahnya namun jika ia gagal dan menyalahgunakan kedudukannya maka itu akan menjadi bencana bagi orang-orang dibawahnya.

Implikasinya dalam pendidikan :
1. Kesetiakawanan. Persahabatan yang sangat tulus serta kesetiakawanan yang Rancho,Raju dan Farhan mampu membawa mereka ke kesuksesan yang mereka impikan masing-masing.
2. Keberanian. Rancho berani mengeluarkan pendapatnya bahkan mengkritik tokoh killer yang dipanggil Virus. Namun selain mengkritik, Ranco juga mampu menunjukkan perbaikkan dari apa yang diklritiknya.
3. Tanggung jawab. Bisa dikatakan Rancho adalah mahasiswa yang bandel dan bisa dikatakan si 'troublemaker' namun Rancho tetap konsisten dan bertanggung jawab pada predikatnya sebagai mahasiswa dengan menjadi lulusan dengan nilai terbaik.
4. Rancho mengingatkan kita semua bahwa tujuan akhir suatu pembelajaran adalah bukan ijazahnya melainkan bekal kita untuk mencapai mimpi kita.
5. Menghormati orang tua. Seburuk apapun keadaan orang tua, sekeras apaun kehendak orang tua, sebagai anak wajib menghormati dan membuat orang tua bangga walau harus menempuh jalur yang berbeda dengan keinginan orang tua.
6. Keberanian melawan arus yang dianggapnya salah disertai dengan keyakinan dan kemampuan akan membawa kita kepada kesuksesan yang terindah.
7.  Berani mencoba hal baru. Walaupun Rancho seorang enginer namun dalam keadaan darurat dia bisa 'berubah' menjadi seorang bidan dengan instruksi Pia.
8. Belajar tidak harus disekolah, belajar bisa dimana saja yang dinginkan, apa saja yang dinginkan dan dengan siapa saja yang dinginkan.
9. Kejarlah cita dan cintamu dengan kesabaran dan keyakinan.
10. Persaingan memang dibutuhkan untuk menjadi yang terbaik, namun persaingan yang disertai dengan ambisi yang 'mendendam' justru akan menjadi bumerang bagi diri sendiri.
11. Rancho yang dengan cepat membawa ayah Raju ke Rumah Sakit dengan skuter mengajarkan kita bahwa dimanapun dan kapanpun kita menghadapi masalah, kita dituntut untuk cepat tanggap dan mampu memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar kita.

Kejelekan :
1. Rektor yang otoriter luar biasa ( Pantas saja semua mahasiswa memberinya mahkota berjuluk VIRUS ).
2. Rektor menanamkan persaingan kepada mahasiswanya tanpa memikirkan dampak psikis mahasiswanya.
3. Rektor yang tidak menghargai mahasiswa dapat menghambat bahkan mengakhiri kesuksesan mahasiswanya.
4. Persaingan yang disertai ambisi dan dendam.
5. Beberapa adegan menggambarkan pudarnya nilai kesopanan dan kesantunan dalam dunia pendidikan.
6. Menolong seorang sahabat dari ancaman ketidaklulusan dengan mencuri soal ujian sangat tidak boleh ditiru.
7. Kesombongan dapat menghancurkan diri sendiri.
8. Belajar bukan menghafalkan apa yang dibaca namun memahami isi bacaan.
9. Jail yang berlebihan akan membuat masalah yang berkepanjangan.
10. Mahasiswa yang mudah putus asa dan berfikir dengan bubuh diri dapat menyelesaikan masalah.

ANJUNTIA BELLA TRISNASIH / III A / K7109026

MATA KULIAH INOVASI KURIKULUM
Dosen Pengampu : Dr.H.Y. Padmono, M.Pd


LOG 1
25 Agustus 2010
Inovasi kurikulum dikenalkan sebagai pembaharuan dalam pembelajaran. Penekanan yang lebih pada kita calon pendidik pada penemuan mulai saat ini memikirkan trobosan untuk menggantikan segala hal yang dianggap termasuk dalam ketidakefektifan kurikulum. Artikel dari hasil pemikiran sebagai salah satu tugas lanjutan.

TUGAS ARTIKEL

UNSUR BARU DALAM INOVASI KURIKULUM

Inovasi diartikan sebagai suatu penemuan baru, penyempurnaan bahkan adanya penggantian di titik tertentu. Inovasi kurikulum yaitu suatu pembaharuan dalam sistem, aspek yang terkandung dalam suatu pendidikan. Dalam inovasi kurikulum dapat menggunakan pemikiran yang mencetuskan suatu perubahan dalam metode , penilaian serta sudut pandang untuk menentukan kebijakan suatu kurikulum. Dianggap dapat menggantikan kurikulum yang “lama” jika sudah melalui percobaan nyata pada sasaran kurikulum.

Unsur baru yang dapat dicoba adalah “kurikulum terapan”. Metode ini mengacu pada kesiapan peserta didik untuk bertindak dan melakukan sebuah percobaan. Dengan adanya penemuan penerapan seperti ini, ditekankan pada pemahaman teori yang berkesinambungan. Efektif memicu pengenalan secara langsung “apa, bagaimana, mengapa serta penyelesaian langsung melalui proses”.

Dinamika perubahan social-budaya, ekonomi, teknologi, semakin menunjang dalam penggunaan kurikulum terapan ini. Rasa keingintahuan peserta didik menjadi modal utama dalam keberhasilan metode ini. Sekaligus sebagai suatu tantangan, apa saja yang bisa digunakan untuk membangkitkan minat serta rasa ingin tahunya. Menarik dan bergerak sebagai landasan kurikulum ini. Objektif dan beraplikasi sebagai proses, serta munculnya banyak penemuan lainnya tujuan dalam pemahaman metode ini.

LOG 2 dan LOG 3
31 Agustus 2010
Pengenalan salah satu metode pembaharuan pembangkit minat dalam proses pembelajaran, menggunakan media audiovisual. Pemutaran film tidak hanya sebagai suatu yang dinikmati namun kemasan berbagai intisasi terkandung didalamnya, menuntut tidak hanya mata dan telinga tetapi kepekaan membaca alur cerita serta penokohan cerita.

ANALISIS FILM 3 IDIOTS

Nilai utama yang terkandung dalam film :
a. Segi social, film ini menggambarkan adanya keeratan bahwa kita adalah makhluk social dari persahabatan, percintaan, konflik dan kasta yang ada dalam masyarakat.
b. Segi educative, film ini lebih menekankan pencapaian kesuksesan dapat diukur dari cara untuk mendapatkan itu. Pemikiran yang sama tidak selalu benar. Hidup suatu pilihan, dimana kita harus tahu posisi kita, dan apa yang akan kita dapat, tak hanya sebuah angan-angan tetapi suatu ambisi untuk tercapai.
c. Segi moral, pengakuan orang bukan satu-satunya penilaian diri kita.
d. Segi religi, dimana masih ada kepercayaan, kita berusaha, tuhan yang menentukan

Implikasi dalam pembelajaran :
a. Pencapaian suatu tujuan tidak hanya dengan cara menghafal tetapi lebih efektif dengan pemahaman konsep terlebih dahulu.
b. Percaya pada apa yang telah kita miliki menjadi suatu modal untuk terus mendapatkan apa yang kita ingginkan.
c. Teori berguna jika memang ada penerapan dari teori itu.
d. Menjadi seorang yang jujur dalam segala al membuat kita selamat dan sukses.
e. Berani menampaikan pendapat, berfikir kritis, benar atau tidak bukan menjadi alasan.
f. Kompetisi yang harus terus dihidupkan dengan catatan sportifitas.
g. Kedisiplinan dan menghargai waktu.
h. berani mengambil resiko erhadap apa yang meman menjadi pilihan.
i. Terbuka pada hal-hal yang baru untuk kemajuan diri.
j. Selain berusaha, berdoa serta percaya sebagai modal mencapai kesuksesan.


Kejelekan dari film tersebut :
a. Otoriter menghambat kreativitas siswa.
b. Orang tua memaksakan kehendak terhadap anak.
c. Cara kompetisi yang salah dengan mencuri soal test
d. Perpecahan yang diakibatkan persaingan tidak sehat dan ambisi masing-masing
e. Inti belajar hanya karena nilai dan hasil yang mengabaikan proses.
f. Belajar hanya menghafal tanpa memahami konsep.
g. Keadaan yang tidak menarik minat untuk belajar.
h. Minuman keras yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh pelajar.
i. Masa orientasi siswa yang melemahkan moral serta mental peserta didik melalui kekerasan.
j. Menjunjung tinggi kasta antara petinggi sekolah serta mahasiswa tanpa disertai komunikasi.

Artikel Inovasi Pembelajaran

Wahyu Widayanti/ K7109200/ IIIB/ 26

INOVASI PEMBELAJARAN

A. Mengapa Inovasi Pembelajaran

Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik. Pribadi adalah suatu sistem yang bersifat unik, terintegrasi dan terorganisasi yang meliputi semua jenis tingkah laku individu. Pada hakikatnya pribadi tidak lain daripada tingkah laku itu sendiri. Kepribadian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) Berkembang secara berkelanjutan sepanjang hidup manusia, (2) Pola organisasi kepribadian berbeda untuk setiap orang dan bersifat unik, (3) Bersifat dinamis, terus berubah melalui cara-cara tertentu.

Peserta didik memiliki berbagai potensi yang siap untuk berkembang. Tiap individu mampu berkembang menurut pola dan caranya sendiri. Mereka dapat melakukan berbagai aktivitas dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke arah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai organisator belajar bagi siswa yang potensial itu sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Pembentukkan warga negara yang baik adalah warga negara yang dapat bekerja di masyarakat. Sekolah merupakan tempat untuk mencetak calon-calon warga negara yang siap untuk memecahkan masalah-masalah sehari-hari dalam lingkungannya baik di rumah maupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran terutama di sekolah atau di lembaga pendidikan umumnya membutuhkan inovasi agar dapat berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan.


B. Pengertian Inovasi Pembelajaran

Inovasi adalah suatu proses digambarkan sebagai proses yang siklus dan berlangsung terus-menerus meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi, dan implementasi (Damanpour, dkk dalam http: //avin.filsafat.ugm.ac.id).

Proses inovasi meliputi :
1. Melihat peluang
Peluang muncul ketika ada suatu masalah yaitu kesenjangan antara yang seharusnya dan realitanya. Oleh sebab itu, perilaku inovatif dimulai dari ketrampilan melihat peluang.
2. Mengeluarkan ide
Ketika dihadapkan suatu masalah maka berpikir konvergen yaitu mengeluarkan ide sebanyak-banyaknya terhadap masalah yang ada.
3. Mengkaji ide
Tidak semua ide dapat dipakai maka dilakukan kajian terhadap ide yang muncul. Kajian dilakukan terus-menerus sampai ditemukan alternative yang terbaik.
4. Implementasi
Dalam tahap ini keberanian mengambil resiko sangat diperlukan. Ada kalanya ide yang dipilih akan mengalami kegagalan.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusiawi terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur,fotografi, audio, video tape, LCD, dll. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual,computer, dll. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dsb.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inovasi pembelajaran adalah proses perubahan suatu sistem yang berlangsung terus-menerus untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Daftar Pustaka :
Dr. Oemar Hamalik.2008.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara.
http: //avin.filsafat.ugm.ac.id

Ulfi Rahmatikasari/III B/K7109193

Inovasi Pembelajaran Kuantum

Pembelajaran kuantum merupakan salah satu model, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan pada keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran. Istilah “quantum” dipinjam dari dunia ilmu fisika yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran kuantum, pengubahan bermacam- macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar. Interaksi- interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi hal yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara efektif dan efisien.

Asas utama pembelajaran kuantum adalah membawa dunia siswa ke dalam dunia guru, dan mengantarkan dunia guru ke dunia siswa. Subjek belajar adalah siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, sehingga guru harus memahami potensi siswa terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa- peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa, maka siswa telah merasa diperlakukan sebagaimana mestinya, sehingga pembelajaran akan menjadi harmonis seperti sebuah “orkestrasi” yang saling bertautan dan saling mengisi. Indah bukan??

Tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku.

Dimensi pengembangan konteks pembelajaran kuantum yaitu suasana belajar yang menyenangkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.

Pembelajaran kuantum mengonsep tentang “menata pentas lingkungan belajar yang tepat”, yaitu bagaimana upaya penataan situasi lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental.

Lingkungan belajar terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat siswa melakukan proses belajar, bekerja, dan berkreasi. Lebih khusus lagi perhatian pada penataan meja, kursi, dan belajar yang teratur. Lingkungan makro yaitu dunia luas, artinya siswa diminta untuk menciptakan kondisi ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya, sehingga kelak dapat berhubungan secara aktif dengan masyarakat.

Pembelajaran kuantum sering dijadikan primadona dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Namun, metode pembelajaran kuantum belum tentu cocok digunakan dalam setiap mata pelajaran, tergantung dari materi dan fasilitas yang ada. Dalam mengajar sebaiknya tidak hanya menggunakan satu metode saja, melainkan dapat digunakan beberapa metode, yaitu memilih metode yang cocok untuk digunakan pada materi dan situasi yang bersangkutan. Tidaklah maksimal jika dalam mengajar hanya mendewakan salah satu metode pembelajaran saja. Bagi seorang pengajar, banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, sehingga keterampilan guru dapat terasah melalui pembelajaran tersebut.

Nur Khasanah/K7109142/IIIB

I. Log Pertemuan I (25 Agustus 2010)
Definisi dan makna inovasi pembelajaran sebagai suatu pembaharuan yang digunakan oleh seorang pendidik dalam menghadapi kendala atau permasalahan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta meningkatkan mutu pendidikan.

II. Log Pertemuan II ( 31 Agustus 2010)
Penjelasan kontrak perkuliahan dari mata kuliah Inovasi Pembelajaran.

III. Tugas analisis film 3 Idiots
A. Nilai utama yang terkandung dalam film 3 Idiots yaitu pesan moral yang menyampaikan bahwa sukses dalam hidup akan mengikuti mereka yang bekerja dengan sungguh-sungguh.
B. Implikasi dalam pembelajaran
1. Seorang pendidik hendaknya tidak mematahkan semangat belajar pesrta didik tetapi justru harus selalu memotivasi peserta didik dalam mencapai mimpi-mimmpinya.
2. Seorang pendidik tidak boleh bersikap otoriter terhadap peserta didik, ataupun keras kepala dan tidak mau menerima kritikan apapun dari peserta didik.
3. Guru merupakan media dalam memperoleh ilmu, dan peserta didik adalah subjek utama.
4. Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik harus mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan dan dapat mengendalikan kondisi dalam kelas.
5. Nilai kelulusan / ijasah bukanlah satu- satunya tolak ukur dan tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan.
parameter keberhasilan seseorang, seharusnya pendidik lebih melihat pada proses pembelajaran peserta didik.
6. peserta didik hendaknya mampu memahami karakter dari setiap peserta didik dan kemampuan peserta didik yang berbeda dalam menerima materi yang disampaikan.
7. Proses pendidikan dan pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas.
8. Jika peserta didik melakukan kesalahan dalam proses pembelajaran, pendidik hendaknya menghargai usaha dan hasil karya tersebut, kemudian membimbing ke arah yang lebih baik.
9. Seorang pendidik harus kreatif dan selalu berinovasi dalam peningkatan mutu dan kualitas pendidikan.
10. Pendidik harus menjadi teladan dan mampu menjadi inspirasi bagi peserta didik.
C. Kejelekan film 3 Idiots
1. Adanya karakter yang mudah putus asa dari beberapa tokoh yang menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara bunuh diri.
Belajar untuk memperoleh ilmu bukan hanya unuk memperoleh nilai/ ijasah.
2. Ada beberapa adegan yang vulgar atau tidak sopan.
Menyelesaikan permasalahan dengan cara bunuh diri.
3. Karakter dosen yang otoriter dengan cara mengajar yang monoton.
4. Adegan masa orientasi mahasiswa yang penuh dengan kekerasan dan perploncoan.
Orang tua yang hanya memaksakan kehendak anaknya tanpa memperhatikan bakat serta minat yang dimiliki, sehingga anak tersebut menjalani kehidupannya penuh tekanan dan paksaan.
4. Pendidik memandang peserta didik sebagai robot/objek, bukan sebagai subjek.
Pendidik membedakan peserta didik sesuai tingkatan kecerdasan dan menganggap peserta didik yang berbeda dengan yang lainnya sebagai anak idiot.
5. Karakter dari para orang tua mahasiswa yang selalu memaksakan kehendak mereka dan tidak memikirkan cita-cita dari anak mereka.
6. Ucapan pendidik yang selalu melemahakan semangat peserta didik untuk belajar.
7. Ada karakter mahasiswa yang menggunakan cara licik untuk mendapatkan nilai sesuai keinginannya.
8. Proses pembelajaran yang disampaikan dalam film tersebut hanya menekankan pada teori.
9. Ada beberapa tindakan yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan.
10. Tujuan utama menjalani pendidikan hanya untuk mendapatkan ijazah/gelar.

Dewi Masitoh/K7109051/IIIA/17

LOG pertemuan 3, Selasa 31 agustus 2010

Membahas kontrak kuliah selama 1 semester.
Belajar tidak untuk menghafal buku,tetapi memahami isi buku

Dewi Masitoh/k7109051/IIIA/17 ARTIKEL

Saatnya Alam menjadi Guru



Inovasi merupakan suatu gagasan, perbuatan, hal-hal yang praktis, metode, cara yang baru untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada dalam berbagai konteks Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai aktifitas manusia untuk menjadi manusia yang berilmu manusia yang bisa menjawab segala fenomena yang terjadi di alam ini. Inovasi pembelajaran digunakan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan kaitannya dengan sistem, strategi, ataupun metode,pembelajaran. Inovasi pembelajaran sangat diperlukan sekali untuk memajukan pendidikan di negara kita ini Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan di Indonesia masih kurang baik dan perlu sekali untuk dilakukan perubahan (inovasi).

Salah satu inovasi yang dapat dilakukan di negara ini adalah inovasi pembelajaran dalam kaitannya dengan strategi pembelajaran. Guru-guru di Indonesia pada umumnya masih menerapkan strategi DDCH (duduk, dengar, catat hafal), yang mana strategi tersebut sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan peserta didik. Dengan strategi DDCH peserta akan merasa bosan, jenuh, dan malas untuk mengikuti penbelajaran di sekolah. Di samping itu metode tersebut juga dianggap hanya dapat menciptakan robot-robot usang yang tak berguna untuk masyarakat karena mereka merasa asing dan tak kenal dengan lingkungannya sendiri. Bukan menciptakan manusia yang berkualitas, manusia yang siap terjun di universitas kehidupan yang sesungguhnya.

Tak jarang guru-guru kita malas untuk melakukan inovasi pembelajaran, dengan berbagai alasan seperti biaya, sumber dan alat belajar yang kurang. Padahal, sebenarnya jika kita mau kreatif menciptakan pembelajaran yang baru, alam sekitar kitapun bisa menjadi sumber dan alat belajar yang tentunya tanpa biaya yang mahal. Di samping itu, alam dirasa cukup baik digunakan sebagai media pembelajaran, karena dengan belajar alam sekitar kita sendiri peserta didik akan lebih memahami lingkungannya sendiri. Alam sekitar atau lingkungan peserta didik sangatlah kompleks, ada lingkungan alam, lingkungan budaya dan lingkungan sosial yang saling berkolaborasi merupakan sumber utama pembelajaran. Melalui stategi ini peserta didik diajak terjun langsung ke lapangan (lingkungan sekitar) untuk melihat berbagai fenimena yang ada di alam seperti sawah, kebun, kemacetan dll, sehingga mereka tidak akan merasa selalu dibatasi oleh empat dinding ruang kelas mereka yang membosankan.

Ide inovatif ini kiranya pantas untuk meningkatkan mutu pembelajaran kita. Karena pada hakikatnya alam ada untuk kita, kita dapat belajar dengan alam. Pemanfaatan lingkungan sekitar untuk pembelajaran kiranya dapat meningkatkan perkembangan peserta didik dalam berbagai aspek diantaranya:
Aspek Kognitif

Pengembangan aspek ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir anak. Mereka didorong untuk mampu menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu. Tak hanya itu, anak juga diarahkan untuk mempunyai kemampuan memilah, mengelompokkan, serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti.


Misalnya anak di bawa ke kebun, anak bisa dikenalkan bagian-bagian tanaman. Mulai dari dari akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Lebih jauh lagi, mereka bisa diajari mengenal beberapa jenis tanaman, kemudian mengelompokkan tanaman yang sejenis.

Anak juga bisa diajak mengamati berbagai binatang yang menjadi bagian ekosistem kebun, Misalnya cacing, belalang, jangkerik, dan berbagai hama tanaman. Di samping itu, anak juga bisa dikenalkan proses metamorphose kupu-kupu yang dimulai dari telur-ulat-kepompong, dan akhirnya menjadi kupu-kupu. Rangkaian kegiatan tersebut secara langsung mengarah pada kegiatan sain yang saat ini. Untuk mengerjakan matematika sederhana (penjumlahan maupun pengurangan) bisa menggunakan biji-bijian sebagai alat bantu.
Aspek Fisik

Tujuan pengembangan aspek ini adalah mengenalkan dan melatih gerakan kasar maupun halus, meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan dan koordinasi tubuh, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat.

Tersedianya lahan yang luas di sekitar sekolah sangat memudahkan guru untuk membuat permainan yang menarik dan menantang. Salah satu kegiatan yang mulai digalakkan adalah out bound.. Lahan-lahan di sekitar sekolah bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan permainan kerjasama (team work) dan permainan halang rintang.

Bahan-bahan alam di pedesaan juga sangat memungkinkan bagi guru dalam menyediakan materi untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Misalnya melipat, menjahit, menggunting, menempel, mencocok, meremas, menjiplak, dan lain-lain. Semua itu bisa dikerjakan dengan memanfaatkan dedaunan, akar, batang, bunga, dan biji-bijian.

Aspek Bahasa

Pengembangan aspek ini bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif, dan membangkitkan minat untuk berbahasa Indonesia.

Salah satu metode yang dianggap efektif adalah metode bermain peran. Ada dua cara untuk melaksanakannya. Pertama, bermain peran besar yang memerlukan kostum dan perlengkapan sesuai yang diperankan anak. Kedua, bermain peran kecil yang memerlukan peralatan tiruan (mainan). Misalnya boneka, perlatan dapur mainan, kendaraan mainan, dan lain-lain.

Bahan dan perlengkapan bermain peran sangat mudah didapat, misalnya untuk bermain peran besar. Anak bisa mengunakan daun sukun atau daun nangka yang dibentuk menjadi topi dan topeng. Membuat pedang, kuda, dan bedil pun bisa dari pelepah pisang. . Guru dan anak didik bisa secara bersama-sama menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan.

Satu hal yang perlu digaris-bawahi, dalam permainan tersebut, guru hanya menjelaskan tentang aturan-aturan permainan. Tidak diperlukan pengarahan secara terus-menerus. Semakin sering guru mengarahkan, anak merasa terkekang dan kurang berani memunculkan kreatifitas dan ekspresinya


Aspek Seni

Pengembangan aspek ini diarahkan agar anak mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan dapat menghargai hasil karya yang kredit.

Alam dan lingkungan budaya telah menyediakan bahan-bahan yang dapat di gunakan untuk pembelajaran. Misalnya daun kelapa yang muda (janur) dapat di buat ketupat daun pandan untuk membuat anyaman,tana liat untuk membuat berbagai bentuk hewan,tumbuhsn,hiasan dan lain sebagainya.

Melalui bermain, anak diajak bereksplorasi, menemukan dan manfaatkan objek-objek di dekat mereka, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Tugas guru adalah memanfaatkan alam tersebut untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Karena dengan alam kita dapat lebih memahami makna belajar.
Belajar dengan alam….
Tak slah jika alam jadi guru kita bukan………

Selasa, 14 September 2010

Erna Yuniasih/IIIA/K7109072 artikel inovasi pembelajaran

Proses pembelajaran didalam kelas akan lebih baik dan menyenangkan jika guru tidak hanya ceramah didalam kelas. Guru dapat menggunakan metode-metode lain agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh. Atau dapat pula dengan konsep ciptaan sendiri.Inovasi pembelajaran merupakan hal-hal baru yang berhubungan dengan cara dalam melakukan pembelajaran di dalam kelas oleh guru. Inovasi sendiri merupakan suatu penemuan baru yang dapat menuju ke arah yang lebih baik.
Seorang guru yang selalu melakukan inovasi dalam mengajar akan membuat suasana yang kondusif. Siswa tidak akan merasa bosan sehingga keingintahuan mereka akan pelajaran yang diberikan tinggi.Mereka juga akan bersungguh-sungguh dalam menerima pelajaran.
Beberapa khawatir kalau inovasi akan memakan biaya yang mahal atau membutuhkan sarana yang sulit. Tapi hal itu tidaklah benar.

Nur Khasanah / K 7109142 / III B

ARTIKEL INOVASI PEMBELAJARAN

Menggagas Sekolah Model

Pemerintah pernah mencanangkan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, education for all, school based management yang dibarengi dengan sejumlah inovasi pembelajaran yang menggunakan kata berbasis (pendidikan berbasis masyarakat, pendidikan berbasis internet, kurikulum berbasis kompetensi, penilaian berbasis kelas, dll), dan berbagai program inovasi lainnya yang bermuara pada peningkatan mutu pendidikan.
Yang cukup aktual adalah penerapan kurikulum berbasis kompetensi yang dimasyarakatkan dengan sebutan Kurikulum 2004. Serangkaian permasalahan dalam penerapan KBK kemudian menjadi sebuah selubung yang dimainkan dengan cantik oleh stakeholders pendidikan, tanpa terkecuali. Proses pembelajaran yang bermakna dan integrasi penilaian yang mencakupi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor menjadi ciri khas dalam penerapan KBK. Sudahkah demikian?
Pengisian rapor ala KBK dengan angka puluhan dengan sederet komponen yang membingungkan guru bisa menjadikan derita guru berkepanjangan. Simak saja pengisian rapor KBK untuk siswa SD. Setiap mata pelajaran memiliki lebih dari satu komponen yang harus dinilai. Secara keseluruhan seorang guru SD harus mengisi 26 komponen nilai puluhan yang tersebar ke dalam 8 mata pelajaran.

Tidak hanya itu, guru SD harus melakukan penilaian kualitatif setidaknya 9 aspek yang meliputi kedisiplinan dan tanggung jawab, kebersihan dan kerapian, kerja sama, kesopanan, kemandirian, kerajinan, kejujuran, kepemimpinan, dan ketaatan. Muncul pertanyaan sederhana, bagaimana guru SD mampu melakukan penilaian tersebut?

Agaknya pernerintah sudah menyiapkan seperangkat antisipasi manakala menggulirkan gagasan yang inovatif dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang bertajuk peningkatan mutu. Sosialisasi hasil penataran, workshop, studi banding, dan sejenisnya menjadi program unggulan tatkala sebuah gagasan baru mengemuka. Secara proses, penyampaian gagasan inovatif sudah dilaksanakan sesuai dengan program dan berjenjang sampai pada tataran pelaksana lapangan.

Griffin dan Mooehead (1986) mengatakan, sebuah gagasan inovatif akan terwujud apabila ada perubahan persepsi, suasana, dan makna. Ketiga hal tersebut perlu dipahami guru dengan merefleksi diri khususnya dalam menerapkan pembelajaran bermakna.

Persoalan yang muncul kemudian adalah pada tahap aplikasi. Ada kecenderungan stakeholders pendidikan kurang memberikan respon positif terhadap upaya pembaruan tersebut. Masih segar dalam ingatan, penerapan School Based Management di sekolah-sekolah negeri. Sudahkah gagasan otonomi sekolah tersebut merakyat? Atau hanya jadi slogan kebanggaan saja? Adakah konsekuensi logis terhadap sekolah yang belurn dan enggan menerapkan berbagai inovasi pendidikan?

Beberapa daerah memaknai berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan secara beragam. Dalam konteks pembelajaran yang bernuansa KBK di pendidikan dasar, ada daerah yang menyatakan siap melaksanakan KBK, namun ada juga sebagian yang belum siap menerapkan KBK setelah melakukan analisis SWOT.

Daerah yang belum menerapkan KBK tentunya belajar dari daerah yang sudah menerapkan KBK. Yang menjadi bahan renungan adalah apa yang akan diperoleh saat belajar dari daerah "cerdas" kalau pemaknaan terhadap KBK belum holistik.
Bagai buah simalakama, itulah sebenarnya potret berbagai inovasi pendidikan yang digulirkan pemerintah. Satu program belum dievaluasi secara komprehensif, sudah muncul program lain. Ironisnya, guru "dipaksa" untuk mengatakan keberhasilan setiap program dengan dukungan data yang berbeda dengan realita.
Ibarat membangun rumah, kita mulai dari salah sudut ruangan. Saat ruangan itu belum selesai, kita harus membangun sudut ruangan lain secara bersama. Begitulah seterusnya, sampai kita lupa sudut ruangan yang belum selesai kita buat lantaran roboh kita tinggalkan.
Perumpamaan di atas setidaknya dapat dijadikan refleksi para penyelenggara pendidikan untuk merumuskan pemikiran cerdas agar konsep inovasi pendidikan dapat diterapkan secara benar.
Sekolah model dapat dibentuk di setiap kecamatan dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya kondisi fisik sekolah, ketersediaan sarana prasarana, siswa, guru, kepala sekolah, dan komite sekolah. Setiap kecamatan, tentunya ada salah satu SD yang memenuhi kriteria tersebut. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh cabang Diknas kecamatan untuk membentuk sekolah model, yakni: pertama, menentukan SD yang letaknya strategis. Penentuan lokasi juga memperhatikan kondisi fisik, ketersediaan sarana prasarana pembelajaran, dan jumlah siswa yang ideal (40 siswa per kelas). Langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan transportasi dan komunikasi. Selebihnya, sekolah lebih terkonsentrasi dalam menerapkan inovasi.
Kedua, mengatur tenaga pengajar. Tempatkan guru-guru yang memiliki idealisme, dedikasi, dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugas. Dalam konteks ini, mutasi perlu dilakukan agar sekolah yang dijadikan model didukung oleh sumber daya yang berkualitas.
Ketiga, merekrut kepala sekolah yang cerdas dalam melaksanakan perannya sebagai pendidik, manajer, administratif, supervisor, pemimpin, kreatif dan mampu menjadi penggerak. Optimalisasi peran kepala sekolah tentunya akan mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan. Menempatkan kepala sekolah yang berani menindakkritisi setiap fenomena aktual dalam bidang pendidikan dengan aktivitas nyata, perlu dilakukan agar terjadi konsistensi antara harapan dan kenyataan.
Hasil penelitian Gibson (1988) menunjukkan keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan banyak ditentukan oleh kapasitas kepala sekolahnya, di samping guru-guru yang memiliki komitmen tinggi dalam tugas.
Keempat, mengoptimalkan peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan (advisory agency), pendukung (supporting agency), pengawas (controlling agency), dan mediator berbagai kebijakan pendidikan. Hal ini perlu dilakukan karena ada kesan komite sekolah masih sama dengan BP3 tempo dulu. Pelibatan komite sekolah secara nyata dalam kegiatan sekolah akan mendukung terwujudnya sekolah model yang nantinya akan menjadi pusat mutu (center for excellence).
Serangkaian langkah dalam perumusan sekolah model bukan harga mati. Namun, setidaknya empat komponen tersebut komponen yang paling dominan dalarn mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Terwujudnya sekolah model akan mengurangi keterkejutan dan keheranan guru akan keberhasilan inovasi pendidikan. Konsekuensi logis sekolah model adalah dijadikannya ujicoba berbagai inovasi pendidikan. Di sekolah model inilah, gagasan ideal berbagai inovasi dilaksanakan. Dengan demikian, guru-guru tidak perlu bersusah payah studi banding ke daerah lain apabila di sekolah model sudah menerapkannya.
Bila guru bertanya dan hendak belajar mengenai pembelajaran bermakna ala KBK, sekolah model mampu memberikan pencerahan. Berkembangnya sekolah model di tiap-tiap kecamatan, secara evolusif akan membantu pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Sudah barang tentu untuk mencapainya dalam kondisi ideal memerlukan pentahapan yang panjang. Seperti dikemukakan Supriadi (2002) bahwa orang yang mendalami teori difusi inovasi akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau inovasi dalam bidang apa pun, termasuk dalam pendidikan, memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan benar sejak ide dikembangkan hingga dilaksanakan.
Mewujudkan sekolah model sebagai grass root dan pioner penerapan inovasi pendidikan tidak semudah membalikan telapak tangan. Oleh karena itu dibutuhkan keberanian dalam menata sistem pendidikan secara holistik.

INOVASI PEMBELAJARAN (Winarsih/k7109204)

Inovasi Pembelajaran

Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar juga terjadi dalam konteks interaksi social-kultural dalam lingkungan masyarakat.
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, telah digunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan kata “instruction”. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar. Proses pembelajaran harus dengan sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, jenis-jenis proses belajar dan hasil belajar sebaiknya menjadi pusat perhatian metode pembelajaran.
Setiap jenis belajar mulai dari belajar isyarat sampai dengan belajar pemecahan masalah memiliki karakteristik proses mental dan interaksi yang khas/spesifik. Oleh karena itu, dalam merancang proses pembelajaran guru harus memiliki pengetahuan tentang jenis belajar serta kondisi internal dan eksternal yang dibutuhkan setiap jenis belajar. Dengan demikian proses pembelajaran yang dilaksanakan akan memungkinkan tumbuhnya proses dan proses belajar yang baik.
Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik serta media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Proses pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.

INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK

Widiayu Septiani / III B
K7109202 / 27

A.KONSEP BELAJAR
1.Belajar sebagai Proses Perubahan Tingkah Laku
Hilgard (dalam Wina, 2009: 228) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun di dalam lingkungan alamiah. Dalam KBBI (2000: 17) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Aktifitas mental itu terjadi karena ada interaksi individu dengan lingukan yang disadari. Belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor.

2.Belajar dan Hasil Perbuatan Belajar
Menurut Gagne, sebagai suatu proses ada 8 tipe perbuatan berlajar sebagai berikut:
a.Belajar signal, yaitu memberikan reaksi terhadap rangsangan.
b.Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan.
c.Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala atau faktor yang satu dengan yang lain sehingga menjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti.
d.Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya.
e.Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang diterimanya.
f.Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Kemampuan konsep berhubungan dengan kemampuan menjelaskan sesuatu berdasarkan atribut yang dimilikinya.
g.Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep.
h.Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan.
Kedelapan tipe belajar di atas tersusun secara hierarki, yang memberi petunjuk bagaimana perbuatan belajar itu dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar. Bukan petunjuk mengenai hasil belajar yang harus dicapai siswa.
Gagne juga mengemukakan ada lima jenis hasil belajar, yakni:
a.Belajar kemahiran intelektual (kognitif)
Yang termasuk dalam belajar kemahiran intelektual yaitu belajar membedakan atau diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah.
b.Belajar informasi verbal, adalah belajar menyerap atau mendapatkan, menyimpan dan mengomunikasikan berbagai informasi dari berbagai sumber.
c.Belajar mengatur kegiatan intelektual, adalah belajar untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan konsep dan kaidah yang telah dimilikinya.
d.Belajar sikap, merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti atau tidak bagi dirinya.
e. Belajar ketrampilan motorik, berhubungan dengan kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar.

B.KONSEP PEMBELAJARAN
1.Pembelajaran adalah Proses Berpikir
Belajar berpikir menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan pada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya.

2.Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut para ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu.
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensil, linier, dan rasional. Cara kerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistis. Kedua belahan otak perlu dikembangkan secara optimal dan seimbang. Dalam standar proses pendidikan, belajar adalah memanfaatkan kedua belahan otak secara seimbang. Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak.

3.Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupannyamanusia aka selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya.
Prinsip belajar sepanjang hayat sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO (1996), yaitu (1) learning to know (learning to learn); (2) learning to do; (3) learning to be; dan (4) learning to live together.

Selama ini, inovasi pembelajaran baru sekedar teori. Berbagai macam model pembelajaran aktif yang sedang marak saat ini sebenarnya sudah ada sejak masa lalu yang tidak pernah diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga mereka selalu menganggap pembelajaran kreatif merupakan hal yang baru.

Pendidikan lebih dari sekedar meraih standar pembelajaran tertentu; pendidikan identik dengan mengembangkan keinginan untuk belajar, memahami cara belajar, dan menerapkan praktik pengajaran bagaimana sesungguhnya otak berfungsi. Otak kita dapat berubah. Kapasitas berubahnya sangat besar, bahkan tak terukur. Kita hanya perlu pengetahuan yang sederhana: bagaimana otak bekerja!

Peran utama pendidik adalah memahami riset otak secukupnya untuk membantu siswa berkembang menjadi diri mereka yang terbaik. Sebagai pendidik, kita bisa mengandalkan sistem pembelajaran otak untuk menyusun kerangka pendidikan dengan baik, sehingga perencanaan pembelajaran dan penerapannya terasa menyenangkan. Guru memainkan peran penting dalam perkembangan aneka sistem pembelajaran anak. Pelajaran perlu menarik, menantang, relevan, berkaitan dengan apa yang sudah diketahui dan bisa dicapai siswa. (Given, 2007: 57)

Memberi anak-anak cinta dan pengetahuan sama pentingnya dengan memberinya makanan. Namun, ada saatnya orangtua (dan guru) harus memahami bahwa anak-anak sudah berada di jalur yang bukan pilihan siapa pun. Anak-anak adalah dirinya sendiri, dan akan lebih baik jika orangtua (begitu pula guru) mulai memahami anak-anak ketimbang berusaha mencetaknya menjadi sesuatu yang ideal menurut bayangan mereka. Anak-anak adalah untuk ditemukan, disamping dibentuk; dia harus dibiarkan dan didorong untuk berkembang sesuai dengan potensinya sendiri. Kita masing-masing dilahirkan ke dunia sebagai seseorang; dan sepanjang sisa hidup ini kita gunakan untuk menemukan siapa diri kita.