Selasa, 14 September 2010

Artikel Inovas Pembelajaran_Yuni Ambarsari_k7109215

ARTIKEL INOVASI PEMBELAJARAN

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah saat ini adalah rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini disebabkan pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan kurang menyentuh ranah peserta didik yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dengan kata lain secara subtansial, bahwa proses pembelajaran masih didominasi guru dan kurang memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri (self regulated learner) bahkan menganggap siswa seperti gelas kosong yang menunggu diisi.

Banyak guru merasa cukup memberitahu para peserta didik tentang apa yang perlu mereka ketahui dengan cepat tanpa menyadari bahwa mereka (peserta didik) akan lebih cepat melupakan apa yang guru beritahukan kepada mereka. Sebuah anggapan keliru saat ini bahwa pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan memerlukan sarana dan prasarana yang mahal, sehingga bertahan pada proses pembelajaran tradisional.
Guru sesungguhnya telah mafhum apa yang dikemukakan oleh Vernon A.magnesen “kita belajar berdasarkan 10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan”. Oleh sebab itu tidak bisa ditunda lagi guru harus dapat melaksanakan pembelajaran mengarah kepada pembelajaran aktif (active learning) dan berorientasi pada siswa (student centre).

Inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Hasbullah (2001) berpendapat bahwa ‘baru’ dalam inovasi itu merupakan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi.

Menumbuhkan semangat kreativitas pada kalangan siswa tidak bisa ditempuh dengan model pembelajaran konvensional. Maka dari itu diciptakannlah inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran semacam itu diperlukan agar proses belajar-mengajar bisa dilaksanakan dengan suasana menyenangkan, sehingga siswa terdorong berpikir kreatif.Melalui model pembelajaran yang penuh inovasi ini, diharapkan siswa bisa menjadi penyebar virus positif untuk penanaman karakter dan budaya bangsa. Tak ada yang menolak tentang pentingnya karakter dan budaya, tetapi jauh lebih penting bagaimana menyusun dan mensistematiskan, sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dan lebih berbudaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar