Sabtu, 13 November 2010

Arum tri Subarkah K7109035/3A

Log pertemuan ke 11

Presentasi kelompok 3 membahas tentang pendidikan menjadikan anak kritis,kreatif dan problem solver.

Arum tri Subarkah K7109035/3A

Log pertemuan ke 10

Melanjutkan presentasi kelompok 2 yaitu menganalisis berbagai macam teori pembelajaran dan pergeseran-pergeserannya.

Arum tri Subarkah K7109035/3A

log pwertemuan ke 9

presentasi kelompok 2 tentang bebagai macam teori pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan, diantaranya yaitu humanisme yang dilakukan pada pendidikan jaman sekarang.

Kamis, 11 November 2010

sutarno k7109183

log pertemuan

anak yang super normal terkadang penampilannya sub normal
lalu bagaimana kita mengembangkan anak-anak yang seperti ini????
penanganan aanak seperti ini harus dipisahkan dengan anak yang lainnya

Rabu, 10 November 2010

Ruly Rakhmawati/ kelas 3B (16) / K7109171

Log 10 November 2010
presentasi kelompok 3 tentang pembaharuan strategi, metode dan tehnik pembelajaran yang bertujuan, dan penjelasan tentang kemampuan otak.

NOVIANA TRI LESTARI/ K7109139/ III B/ 05

log 11
edisi 10 november 2010

dalan kenyataan lapangan banyak ditemukan berbagai jenis karakter siswa, ada yang normal, ubnormal, sampai yang super normal, dalam hal ini bagaimana guru menyesuaikan diri agar kretivitas siswa tidak terhambat dan berkembang secara optimal.

Yunita Lailati Husna/K7109217/35/IIIB

Log Pertemuan ke-11. Rabu, 10 November 2010

Guru hendaknya lebih memahami siswa, karena terkadang siswa yang terlihat subnormal justru memliki kecerdasan supernormal.

NOVIANA TRI LESTARI/ K7109139/ III B/ 05

LOG PERTEMUAN 10 EDISI 3 NOVEMBER 2010

Pergeseran-pergeseran teori belajar terus terjadi, mulai dari pergeseran teori behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, sampai teori humanisme yang berorientasi kepada memanusiakan manusia. Semua teori memiliki keunggulan dan kelemahanya masing-masing, bagaimana seorang guru menerapkannya dalam pembelajaran sesuai keadaan siswa.

indah amalia/3a/29/k7109101

log 11
Rabu, 10 November 2010

Bagaimana seorang guru bisa mengkombinasikan teori-teori belajar yang ada.
Karena tidak ada teori yang unggul.
bagaimana penerapannya saja
lihat dan ambil baiknya saja
gagasan baru bukan suatu kebetulan
ditentukan proses nya.

kreativ=penerimaan,persepsi positif terhadap, mengerti, faham, berlatih, akhirnya ditemukanlah jati diri.

tidak ada sesuatu berasal dari kehampaan
kreatif; belum tentu cerdas dan sebaliknya.
kreatif tinggi jika kecerdasannya tinggi.

Woro Rukmi Estiningtyas/K7109207/30/IIIB

Log 11, 10 november 2010

Dalam dunia pendidikan terdapat potensi peserta didik yang berbeda beda, yaitu dibawah normal, normal, dan juga diatas normal. Dari situ diharapkan seorang pendidik dapat mengenali potensi yang ada pada setiap peserta didik, sehingga potensi peserta didik dapat berrkembang secara optimal.

Woro Rukmi Estiningtyas/K7109207/30/IIIB

Teori Pembelajaran dalam Dunia Pendidikan

Saat ini kita ketahui bahwa terdapat berbagai macam teori pembelajaran, antara lain yaitu teori behavioristik, teori kognitivisme, teori konstruktivisme, dan teori humanistik. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam pembelajaranpun selalu mengalami inovasi, tentunya inovasi ini merupakan inovasi yang bersifat positif dalam dunia pendidikan.
Banyak sekali para ahli yang memaparkan mengenai teori behavioristik,seperti Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut mengenai teori behavioristik, secara umum dapat dikatakan bahwa teori behavouristik lebih melihat sosok atau kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat dilihat secara empirik. Perilaku dalam pandangan behavioristik dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Teori kognitivisme berpendapat bahwa pembelajaran ialah suatu proses pendalaman yang berlaku dalam akal pikiran, dan tidak dapat diperhatikan secara langsung dengan tingkah laku. Ahli-ahli psikologi kognitif seperti Bruner dan Piaget menjelaskan kajian kepada berbagai jenis pembelajaran dalam proses penyelesaian masalah dan akal berdasarkan berbagai peringkat umur dan kecerdasan pelajar. Teori-teori pembelajaran mereka adalah bertumpu kepada cara pembelajaran seperti pemikiran cerdik, penyelesaian masalah, penemuan dan pengkategorian. Menurut teori ini, manusia memiliki struktur kognitif, dan semasa proses pembelajaran, otak akan menyusun segala pernyataan di dalam ingatan. Selanjutnya yaitu mengenai Teori Konstruktivisme. Dalam teori konstruktivisme, penekanan diberikan pada peserta didik lebih daripada guru. Ini karena peserta didiklah yang bertindak dengan bahan dan peristiwa sehingga memperoleh kepahaman tentang bahan dan peristiwa tersebut. Justru, peserta didik yang membina sendiri konsep dan membuat penyelesaian kepada masalah. Pada teori ini menekankan pada peserta didik untuk mencari cara sendiri untuk setiap penyelesaian masalah. Sehingga dapat ditemukan cara yang sesuai dengan dirinya. Teori yang terakhir yang akan dibahas yaitu Teori humanistik yaitu dimana pembelajaran manusia bergantung kepada emosi dan perasaannya. Seorang ahli teori ini, Carl Rogers menyatakan bahwa setiap individu itu mempunyai cara belajar yang berbeda dengan individu yang lain. Oleh karena itu, strategi dan pendekatan dalam proses pengajaran dan pembelajaran hendaklah dirancang dan disusun mengikuti kehendak dan perkembangan emosi peserta didik. Selain itu juga dijelaskan bahwa setiap individu mempunyai potensi dan keinginan untuk mencapai aktualisasi diri. Maka, para pendidik hendaknya menjaga psikologi peserta didik dan memberi bimbingan supaya potensi mereka dapat berkembangkan secara maksimal.
Dalam setiap teori memiliki sisi trsendiri, baik kelemahan maupiun kelebihan. Dalam teori behavioristik adanya pencapaian target tertentu membuat peserta didik tidak kreatif dan tidak produktif inilah yang menjadi kelemahan teori tersebut, selain itu teori ini seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal yang berkaitan dengan pendidikan dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon. Sedangkan dalam teori kognitivisme dalam proses belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual siswa, tapi disisi lain perkembangan moral kepribadian siswa tidak diperhatikan. Semestinya, prosese pembelajaran dappat menyeimbangankan antara peran kognisi dengan peran afeksi sehingga peserta didik dapat memiliki kualitas intelektual dan moral kepribadian yang seimbang. Selanjutnya teori konstruktivisme, teori ini memberikan kebebasan ruang gerak secara luas kepada peserta didik untuk belajar sehingga memperoleh pengetahuan sebanyak mungkin. Di sini peserta didik dituntut agar selalu aktif agar informasi dan pengetahuan yang di dapatkan tidak terbatas. Untuk itu pendidik perlu memfasilitasi dalam proses belajar mengajar. Analisis yang terakhir adalah mengenai teori Humanistik. Teori ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan, karena berpikir dan merasakan saling beriringan. Mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia. Penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif serta berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Cakupan teori Humanistik mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Serta berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Dari pemaparan diatas mengenai berbagai teori pembelajaran yang beraneka ragam dapat dikatakan semua teori tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing sehingga tidak dapat diputuskan mana teori yang baik maupun teori yang buruk dalam dunia pendidikan. Tinggal bagaimana para pemeran didalam dunia pendidikan menggunankan teori tersebut. Seiring berkembangngya IPTEK diharapkan dapat terjadi inovasi pembelajaran secara maksimal sehingga dapat terwujud tujuan pendidikan yang sebenarnya.

ROVEY WIDIANTO / K7109169 / 3B / 15

Log 11
Rabu, 10 November 2010

Terjadi perdebatan antar teman tentang aspek yang mempengaruhi potensi otak.
untuk menjadi manusia yang normal, kita hanya perlu menggunakan kurang dari satu persen dari otak kita.
gunakan terus otakmu !!!

Niken Septiasih/K7109131/3B/ LOG 11

LOG:11
Penanganan terhadap anak berbakat istimewa.

TOFIYAH/K7109186/3B

Log Pertemuan ke 10 (10 Nov 2010)
Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, jadi sebagai seorang calon guru harus bisa menghadapi peserta didik yang nantinya pasti akan mempunyai kemampuan dalam belajar yang berbeda. Setiap anak yag terlalu cerdas bukan berarti dia mengalami kelainan.

TOFIYAH/K7109186/3B

Log Pertemuan ke 10 (10 Nov 2010)
Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, jadi sebagai seorang calon guru harus bisa menghadapi peserta didik yang nantinya pasti akan mempunyai kemampuan dalam belajar yang berbeda. Setiap anak yag terlalu cerdas bukan berarti dia mengalami kelainan.

RANI DAROJAH/K7109156/10/B

Log pertemuan 10, rabu, 10November 2010

Setiap Individu memiliki potensi yang berbeda-beda, untuk itu Guru perlu melayani siswa sesuai dengan potensinya agar perkembangan siswa tersebut dapat optimal dan potensi yang dimiliki siswa dapat digunakan semaksimal mungkin.

LOG NUR LAILA K7109222/3B

Pertemuan 11, 10-09-2010
Dilapangan nantinya guru tidak hanya menemui anak-anak normal, tapi juga akan menemui anak-anak dengan kecerdasan istimewa yang membutuhkan penanganan lebih daripada anak-anak normal. Guru harus peka terhadap anak-anak tersebut dan memberikan penangan khusus agar tumbuh kembangnya bisa optimal.

Yuni Ambarsari/k7109215/33/3B

log Pertemuan ke 11
10 November 2010
melanjutkan presentasi KD3 tentang pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bertujuan,
pendidikan menjadikan anak kritis, kreatif, dan problem solver dan teori hemiang sphere , perkembangan intelek dan kreativitas, dan membahas masalah-masalah yang akan dihadapi guru Sd menghadapi muridnya yang berbeda2 intelegensi bakat dan kepribadiannya. 

Dian Wahyuni/K7109058/3A

Log 10, 3 November 2010

Lanjutan presentasi kelompok 2 tentang analisis teori-teori dan pergeseran teori pembelajaran.

Selasa, 09 November 2010

Wahyu Widayanti/ K7109200/ III B/ 26

Log Pertemuan ke 9, 10, dan 11

Presentasi kelompok 2 tentang teori pembelajaran
Presentasi kelompok 3 tentang melatih siswa berpikir kritis dan menjadi problem solver (bag 1)


Ada sebagian orang dilahirkan memiliki kecerdasan istimewa atau bakat istimewa.  Mereka memiliki potensi yang luar biasa yang tetapi kenyataannya potensi yang mereka miliki justru berprestasi rendah.

Undi eka wati_3b_k7109194

pertemuan tanggal 11 November 2010
Anak yang mempunyai kecerdasan tinggi justru banyak yang tidak berprestasi, hal ini di akibatkan
guru yang tidak bisa memperlakukan anak didik mereka dengan baik dan tidak bisa memahami diri siswa.

MITANINGTYAS FITRIANA-K7109129-IIIB-01

Log Pertemuan 9 (27 Okt 2010)
         Teori belajar dan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Log Pertemuan 10 (3 Nov 2010)
          Presentasi analisis dan pergeseran teori pembelajaran.

Log Pertemuan 11 (10 Nov 2010)
          Psikologi, dokter dan pedagogis belum menemukan titik temu. Dan tenaga ahli belum tentu ahli dalam bidangnya.

log 11 Rizka Vitasari/3B/14

log 11
setiap anak memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda, anak yang berkebutuhan khusus membutuhkan bimbingan privat tetapi banyak anak yang menjadi korban karena guru menyamaratakan semua kemampuan anak.

MITANINGTYAS FITRIANA-K7109129-IIIB-01

Bukan hanya untuk Dipahami, tapi Berinovasilah

Berbicara mengenai belajar dan pembelajaran, tentu tidak asing lagi bagi kita yang notabene calon pendidik. Yah, setidaknya itu makanan sehari-hari dalam kelas, karena setiap mata kuliah minimal menyinggung belajar dan pembelajaran. Belajar itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Dalam hal ini terjadi adanya perubahan tingkahlaku yang terjadi dari akibat proses belajar maupun hasil belajar. Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses belajar-mengajar antara siswa dan guru. Tidak cukup hanya sampai mengetahui pengertian dari belajar dan pembelajaran. Perlu diketahui juga berbagai teori belajar dan pembelajaran, bagaimana analisis mengenai teori tersebut, dan bagaimana pula pergeseran dari teori satu dengan yang lain.

Terdapat berbagai macam teori pembelajaran, salah satunya adalah teori behavioristik. Teori ini banyak digunakan dalam sistem pendidikan terdahulu, walaupun sampai sekarang ada yang memakai teori ini, intensitas penggunanya lebih sedikit dan sudah melalui tahap modifikasi. Teori behavioristik lebih menekankan pada stimulus dan respon, serta hasil dari penerapan teori ini yaitu dengan melihat perubahan tingkah laku dari siswa. Terdapat para ahli yang memaparkan teori ini, seperti Gagne, Skinner, Bruner, dll. Namun pada intinya sama, hanya yang membedakan adalah hakikat pembelajaran dan proses dari pembelajaran tersebut. Teori behavioristik itu sendiri identik dengan adanya penguatan dan hukuman. Yang dimaksud dengan penguatan yaitu guru memberi penghargaan dan memberi semangat untuk lebih baik bagi anak yang mendapat nilai minimal baik atau bahkan mendapat nilai sempurna. Guru memberikan suatu hukuman bagi anak yang mendapat nilai kurang baik, hukuman disini bukan suatu bentuk kekerasan namun lebih kepada hukuman yang berdampak kemajuan dari pola pikir anak tersebut. Adanya penguatan dan hukuman ini merupakan keunggulan tersendiri dari teori behavioristik. Teori ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan, diantaranya membuat otak anak menjadi tidak kreatif dan tidak produktif karena pada teori ini terdapat pencapaian target. Pada teori ini yang terjadi hanya stimulus dan respon, sehingga bagaimana bentuk atau kondisi belajar kurang bisa digambarkan. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses stimulus dan respon juga tidak bisa dijelaskan.

Teori yang kedua yaitu teori kognitif, dalam teori ini belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yang dimiliki seseorang. Teori kognitif hanya menitikberatkan pada perkembangan intelektualnya saja, sedangkan nilai moralnya diabaikan. Harusnya dalam proses pembelajaran perlu adanya keseimbangan, agar hasil yang diharapkan juga tidak hanya merujuk pada satu hal saja.

Teori yang selanjutnya adalah teori konstruktivisme . Pada teori ini lebih ditekankan pada pemberian materi dan pengalaman terjun langsung ke lapangan. Anak di harapkan mampu untuk bersikap kritis terbuka dan inovatif. Karena guru hanya sebagai sebuah fasilitator saja. Adanya kebebasan berfikir, belajar, membuat anak bisa lebih aktif didalamnya. Informasi yang diberikan guru kepada anak didiknya terbatas. Disinilah anak bisa berfikir aktif, dan mencari informasi yang lebih diluar yang disampaikan oleh gurunya.


Teori yang selanjutnya adalah teori humanistik. Teori ini mencakup teori sebelumnya, behavioristik dan konstuktivisme. Hal yang dititikberatkan dalam hal ini adalah bagaimana cara memanusiakan manusia. Berkaitan dengan kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi guru mampu untuk mengkondisikan dirinya sendiri sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Perkembangan pribadi yang positif dan diwarnai oleh emosi positif. Emosi positif antara lain adalah sikap jujur, menghargai orang lain, dan lain sebagainya. Guru juga tidak boleh membawa masalah kedalam kelas karena bisa mengganggu suasana dan kondisi dikelas.


Dengan adanya perkembangan-perkembangan dalam dunia secara umum, teori behavioristik agaknya kurang tepat digunakan dalam pembelajaran masa kini. Kalaupun diterapkan, guru hendaknya benar-benar mampu memahami karakteristik siswa sehingga teori ini dapat tepat sasaran. Dalam teori kognitif yaitu bagaimana informasi diproses dan menghasilkan sebuah informasi. Teori ini adalah dimana teori ini lebih menghargai proses pembelajaran dibandingkan dengan menilai hasil pembelajaran itu sendiri, jadi apabila diterapkan dalam proses pembalajaran yang sesungguhnya guru harus benar-benar memahami tahap-tahap perkembangan dan kemampuan muridnya dalam menguasai materi-materi yang telah diberikan, hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Dalam teori konstuktivisme anak melatih siswa untuk berpikir kreatif atau berfikir tingkat tinggi dimana bukan sekedar mengerti, paham, dan hafal saja akan tetapi juga berfikir bagaimana cara menciptakan sesuatu yang baru atau menginovasi apa yang sudah ada dari apa yang telah disampaikan guru. Namun teori ini diterapkan secara murni siswa yang berkemampuan kurang atau tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan tertinggal dari teman-teman yang lainya. Dengan adanya perkembangan teknologi, penerapan teori ini lebih dipermudah karena materi yang didapat bisa mengambil dari berbagai sumber termasuk dari internet. Sedangkan teori humanistik mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pergeseran dari teori konstuktivisme yaitu pada teori humanistik lebih mementingkan terciptanya manusia yang ideal.
Pada dasarnya semua teori itu mempunyai kekurangan maupun kelebihan tersendiri. Masing-masing teori digunakan dengan baik bila mampu dikondisikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam teori ini juga mempunyai kaitan satu sama lain, hanya kita menitikberatkan pada teori apa yang digunakan. So, mari berinovasi dengan menciptakan pembelajaran yang sesuai, atau menemukan teori pembelajaran masa yang akan datang. Pilih yang mana? Tergantung dari kemauan dan kemampuan kita.

Zahro Sri Tanjung / K7109218 / III B

LOG Pertemuan ke 11
Tanggal 10 November 2010


Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda, ada yang memuliki kecerdasan biasa-biasa saja, ada yang dibwah normar, bahkan ada yang diatas normal. Akan tetapi anak-anak yang memiliki kecerdasan subnormal kecenderungan pada saat masih kanak-kanak sampai remaja menunjukan prilaku-prilaku yang aneh bahkan prilaku yang mungkin tidal terpikirkan oleh kebanyakan orang.

Widiayu Septiani

Log pertemuan 11 (10 November 2010)

Banyak guru yang masih membodohkan peserta didiknya, sehingga kadang anak-anak berpotensi tinggi mendapat nilai yang rendah.

Selamat Hari Pahlawan…..

Winarsih/K7109204/III B/29

Log Pertemuan 11
10 November 2010

Banyak anak yang memiliki kecerdasan tinggi (di atas normal) namun memiliki perilaku yang sub normal. Hal ini dikarenakan lingkungan yang tidak mendukung perkembangan kecerdasan mereka. Oleh karena itu pembelajaran saat ini harus disesuaikan dengan potensi masing-masing siswa agar kecerdasan mereka berkembang dengan optimal.

Novi Tri Kurniasih (K7109137) (IIIB)

Log Pertemuan 10 tgl 3 November 2010

Presentasi tentang pergeseran dari berbagai teori belajar dan pembelajaran.

Log Pertemuan 11 tgl 10 November 2010

Salah satu ciri anak yang cerdas yaitu bersifat egois, karena cara kerja otak dari orang yang cerdas lebih cepat sehingga orang yang cerdas enggan untuk menanti orang yang lamban dalam berfikir.

Ulfi Rahmatikasari/ K7109193/ IIIB

Log Pertemuan 11
10 November 2010

Presentasi dan diskusi tentang pembaharuan strategi, metode, teknik pembelajaran yang bertujuan; pendidikan menjadikan anak kritis, kreatif, dan problem solver; serta teori hemisphere. Kemudian membahas tentang bakat istimewa dan cerdas istimewa.

Ulfi Rahmatikasari/ K7109193/ IIIB

Log pertemuan 10
3 November 2010

Presentasi dan diskusi tentang pergeseran- pergeseran teori belajar.

Anjuntia Bella Trisnasih/K7109026/08/IIIA

PENEMUAN TEORI BARU INOVASI PENDIDIKAN

Teori didalam pembelajaran difungsikan sebagai tolak ukur menentukan kebijakan kegiatan belajar mengajar. Namun, teori yang ada tanpa adanya usaha pengaplikasiannya, akan hanya menjadi pajangan yang terkhusus wacana belaka. Teori dari para ahli tentang pembelajaran digunakan sesuai kondisi dan kebutuhan balansititas dengan jalannya pembelajaran. Transformasi ilmu pada jaman globalisasi jelaslah berbeda dengan pra-modernisasi. Dan yang menjadi permasalahannya, apakah teori yang sudah ada bisa menjawab keruetan pendidikan saat ini? Haruskah ada penetapan tradisi yang hanya mengacu pada cara lama? Ataukah harus ada penemuan teori baru? Mari kita lihat mulai dari Teori Behavioristik, Kognitif, Teori Konstruktivisme, Teori Humanistik dan bagaimana cara pengaplikasiannya dalam proses belajar mengajar.
Behavior yang mengacu pada tingkah laku dari pengalaman. Behavioristik lebih menekankan pada menyadari bahwa individu sebagai suatu kesatuan, yang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan tergantung pada kondisi psikologis. Usaha menggunakan Teori Behavioristik dalam pembelajaran tidak hanya “ memberi ilmu “ dalam arti harfiah, tetapi dalam proses pentransferan ilmu yang disertai pemberian stimulus untuk mendapatkan respon dari siswa. Dengan kata lain pokok bahasan pada Teori Behavioristik yaitu stimulus dan respon. Contohnya, pembelajaran yang dimulai dengan doa. Guru masuk dan menyapa (stimulus diberikan), siswa secara otomatis akan merespon dengan menjawab sapaan dan bergegas menyiapkan posisi untuk berdoa sebagai awal responsible siswa.
Selain itu terdapat asumsi menurut Engkoswara tentang dasar hakikat manusia dalam teori ini yaitu Kebebasan-ketidakbebasan, yang dimaksudkan pandangan pribadi, dimana bebas dan tidaknya individu dalam kelompok untuk bertindak. Dipengaruhi oleh keadaan psikologis diri dan dari luar sosial budaya masyarakat. Berikutnya Rasional-irasional. Dalam Teori Behavioristik mengembangkan rasionalisme pribadi sebagai makhluk yang berakal. Rasionalisasi dipacu sebagai bentuk kebutuhan naluri dan bukan sebagai kepribadian yang psikoanalisa (irasional). Holisme-Elementalism dapat dilihat dari potensi yang ada dalam diri manusia. Holism lebih pada keseluruhan pemahaman masalah yang bersifat umum, sedangkan Elementalism melihat sesuatu dari segi parsial atau khusus. Yamg terakhir adalah Konstitusional-Enviromentalism lebih mengacu pada faktor pencapaian belajar. Konstitusional lebih melihat keberhasilan karena adanya potensi bawaan sedangkan Enviromentalism dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan.
Pengaplikasian Teori Behavioristik dalam pembelajaran yaitu menekankan stimulus respon. Keberhasilan belajar menurut teori ini ditentukan oleh interaksi antara guru dengan siswa dan seberapa besar respon yang didapat dari pemberian stimulus. Sedangkan keberhasilan ini ditandai dengan perubahan tingkah laku secara konkret di dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak lagi hanya dilihat dari perspektif intelektualnya saja.
Menurut Teori Kognitif pembelajaran yaitu merupakan proses pengetahuan (tahu), berlanjut pada memahami (paham), penerapan (terapan), yang sudah menjalani analisis, pemikiran atau penarikan kesimpulan (sintesis) dan berpotensi tidaknya dilihat dari evaluasi (uji).
Teori Kognitif lebih menekankan upaya pengoptimalan kemampuan (rasional) dalam mewujudkan perilaku menanggapi respon. Berbeda dengan Teori Behavioristik yang mengacu pada stimulus dan respon, kognitif lebih pada usaha menunjukan pemenuhan stimulus dengan respon. Dengan kata lain behaviorisme pada stimulus dan respon, kognitif pada usaha merespon stimulus.
Teori kognitif apabila diaplikasikan dalam pembelajaran cenderung melakukan praktek yang mengarahkan pada kualitas intelektual peserta didik. Positifnya penggunaan teori ini adalah kecerdasan peserta didik yang dimulai dari pembentukan kualitas intelektual (kognitif).
Secara umum proses pembelajaran harus didasarkan pada universal yaitu pada proses pembelajaran sebagai suatu realitas sistem. Keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan oleh suatu faktor tetapi berbagai faktor yang saling berhubungan. Yang kedua adalah proses pembelajaran sebagai realitas natural. Kebutuhan dalam membuat kehidupan yang lebih layak, salah satu proses yang ditempuh adalah menuntut ilmu. Ketiga, proses pembelajaran dilakukan secara kontekstual dan relevan dengan realitas kehidupan peserta didik. Tidak harus dalam format tetapi mengenal dengan pengembangan analisis juga bisa dilakukan. Berikutnya pembelajaran tidak dilakukan secara monoton, kreativitas dituntut sebagai modal mutlak dalam proses pembelajaran. Kelima, keterlibatan siswa diharapkan aktif, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan serta pengalaman berjalan baik. Proses memaknai lebih dibanding proses menghafal. Yang terakhir proses belajar mengajar harus memperhatikan perbedaan individu.
Teori Konstruktivisme menekankan pada proses membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Dengan kata lain siswa lebih cepat menangkap informasi atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Sebagai contoh guru mengajarkan sub bab puisi. Bukan lagi guru hanya mendikte siswa untuk menulis sifat-sifat instrinsik puisi, tetapi siswa diajak mempunyai pengalaman membuat puisi.
Peran guru sebagai fasilitator yang merupakan satu-satunya sumber belajar sedangkan murid dituntut aktif, kreatif dan kritis. Siswa diberikan area luas untuk berpeluang mengemukakan ide serta gagasannya tidak dengan otorientasi guru. Media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran menurut Teori Konstruktivisme sangatlah membantu pemahaman siswa. Dengan sarana tersebut siswa akan berlatih memecahkan masalahnya sendiri, mandiri, kritis, kreatif dan bertanggung jawab dengan pemikirannya yang rasional.
Bila dibandingkan dengan pembelajaran tradisional, pembelajaran teori ini lebih pada penyajian secara keseluruhan menjadi bagian-bagian. Lebih memberikan kebebasan siswa untuk mengemukakan ide dan gagasan. Lebih banyak dikaitkan pada realitas masyarakat serta menyadari potensi siswa dalam mengembangkan materi pelajaran.
Sedangkan teori yang terakhir adalah Humanistik. Teori Humanistik menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dari kepentingan memanusiakan manusia. Humanistik lebih bersifat penekanan pada bagaimana memahami persoalan manusia dari latar belakang, kognitif, affektif dan psikomotor.
Teori Humanistik menyadari bahwa peserta didik merupakan manusia yang bisa berfikir, melakukan sesuatu jika ada kemauan, serta memiliki rasa dan potensi. Pikiran mereka bisa dikendalikan tetapi terlalu picik jika dikekang. Secara pengaplikasiannya pada pembelajaran yaitu dengan cara menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan, bebas namun bertanggung jawab. Dalam Teori Humanistik memerlukan kerjasama dengan cara pembentukan kelompok-kelompok kecil. Hal ini difungsikaan agar tidak hanya guru yang memanusiakan siswa, tetapi siswa juga menghumanistik teman sepermainan. Pembelajaran menurut Teori Humanistik adalah bagaimana seseorang benar-benar memahami perbedaan siswa, sebagai kelompok yang harus dibimbing dan pentingnya pengembangan potensi di dalam diri.
Teori-teori yang dikemukakan bisa menjadi acuan penyempurna dari waktu ke waktu. Namun penemuan yang lebih mutakhir akan sangat dinanti oleh ramainya pendidikan saat ini. Dengan kata lain pembekalan pada kreativitas, mindset, tingkah laku guru sebagai pendidik lebih diutamakan pemberian ilmu sebagai tantangan siswa.
Salah satu kegagalan dalam pembelajaran disebabkan adanya ketidaktahuan atau memang kesengajaan guru dalam melakukan teror akademik, psikologis dan sosiologis. Guru seringkali mengabaikan tingkatan perkembangan siswa, melupakan kondisi dan latar belakang siswa yang berbeda.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran menitikberatkan pada pemahaman yang beraplikasi pada tindakan agar sesuai dengan tuntutan masyarakat. Teori baru yang bisa digunakan yaitu pembelajaran yang berorientasi alam (baik sosial, budaya, politik, profesi) dengan cara pemenuhan 100% kebebasan memilih prosedur mana yang bisa dipakai siswa dalam mengembangkan materi. Tentunya guru dituntut untuk lebih kreatif serta tingkat pemahaman, pengembangan materi yang disampaikan tidak sekedar pemenuhan tugas sebagai pendidik, lebih dari itu tetapi hutang mencerdaskan anak didik. Penerapan teori ini diaktifkan pada realita, agar peserta didik menjadi individu yang lulus seleksi dan bisa diterima di lingkungan masyarakat.

Yunita Lailati Husna/K7109217/35/IIIB

Aplikasi Teori Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu yang dipelajari. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, namun belajar secara resmi dilakukan di sekolah sesuai dengan kurikulum yang ada.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat oleh setiap manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Dalam dunia pendidikan terdapat macam-macam teori belajar dan pembelajaran yang merupakan acuan pendidik dalam mengajar. Teori-teori tersebut meliputi: teori behavioristik, teori kognitif, teori konstruktivisme dan teori humanistik. Banyak para ahli mengemukakan pendapat dan definisi mengenai teori belajar. Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, Skinner mengemukakan pendapat mengenai teori behavioristik. Secara umum teori behavouristik lebih melihat sosok atau kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat dilihat secara empirik. Perilaku dalam pandangan behavioristik dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Dalam teori ini belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus merupakan umpan yang diberikan oleh guru kepada siswa sedangkan respon merupakan tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. Teori ini mengutamakan pengukuran karena pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku. Selain itu, dalam teori ini penguatan (reinforcement) juga dianggap penting karena bila penguatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat dan sebaliknya. Teori belajar yang kedua yaitu teori kognitif yang dikemukakan oleh Piaget dan Bruner. Teori kognitif secara umum merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Jadi, teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yang dimiliki seseorang. Selanjutnya yaitu teori konstruktivisme. Teori ini mengemukakan bahwa belajar merupakan proses membangun pengetahuan melalui pengalaman konkret. Disini guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga siswa harus berperan aktif, kreatif dan kritis. Teori yang terakhir yaitu teori humanistik. Para ahli yang berpendapat mengenai teori ini diantaranya Kolb, Honey dan Mumford, Habermas, Blomm dan Krathwohl, Arthur Combs, Maslow dan Carl Rogers. Dalam teori ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan sendiri berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh (perasaan maupun intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh hasil.
Masing-masing teori di atas memiliki kelebihan dan kekurangan dalam aktualisasinya terhadap pembelajaran. Kelebihan dan kekurangan tersebut dapat diolah sedemikian rupa sehingga dalam pembelajaran akan tetap terasa menyenangkan. Dalam teori behavioristik dijelaskan adanya penguatan dan hukuman dalam proses belajar mengajar. Bila penguatan ini diterapkan maka akan mempengaruhi semangat siswa dalam pembelajaran. Penguatan dapat diberikan guru dalam bentuk pujian, sedangkan hukuman dibuat agar siswa jera. Hal tersebut merupakan kelebihan teori behavioristik. Adanya pencapaian target tertentu dalam teori behavoristik membuat siswa juga tidak kreatif dan tidak produktif, inilah yang menjadi kelemahan teori tersebut. Dalam teori kognitif proses belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual siswa. Namun disisi lain perkembangan moral kepribadian siswa menjadi sangat miskin karena teori ini hanya mengoptimalkan kemampuan intelektual saja tanpa memperhatikan aspek moral. Seharusnya proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dan afeksi sehingga lulusan pendidikan mempunyai keseimbangan antara intelektual dan moral kepribadian. Teori konstruktivisme memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar dimanapun dan kapanpun tidak harus di ruang kelas sehingga memberikan keleluasaan pada peserta didik dalam memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Dalam hal ini siswa lebih aktif sehingga guru memberikan fasilitas yang lebih dalam pengajaran. Teori humanistik menekankan pada perkembangan kepribadian individu dalam membangun hal-hal yang positif yang berkaitan dengan emosi positif individu. Individu diajak untuk jujur, menghargai dan menghormati orang lain serta emosi positif lainnya. Selain itu siswa diajak untuk berimajinasi agar perkembangan otaknya lebih terlatih.
Sejalan dengan kemajuan IPTEK teori-teori pembelajaran juga mengalami pergeseran yang mengarah pada kemajuan pendidikan. Pada teori behavioristik lebih ditekankan pada pemberian stimulus oleh guru dan siswa merespon stimulus tersebut. Sehingga pembelajaran terkesan otoriter, siswa hanya bersifat pasif dan menerima apa yang dijelaskan guru. Disini hukuman juga berlaku sebagai efek dari kesalahan yang dilakukan siswa. Hal tersebut membawa dampak yang signifikan pada siswa, yaitu siswa merasa tertekan dan melakukan pemberontakan. Perilaku tersebut telah disadari oleh para pendidik sehingga untuk mengantisipasinya muncullah adanya pergeseran teori, misalnya model pembelajaran active learning yang dianggap lebih efektif dan efisien serta melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam mengeksplor perkembangan dirinya. Pada teori kognitif cenderung melakukan praktek sehingga kemampuan siswa dapat terasah dan kemampuan aspek rasional siswa dapat berjalan secara optimal. Teori belajar konstruktivisme menekankan pada pengembangan potensi siswa sehingga siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan kritis sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Namun dalam kenyataannya teori ini kurang bagus diterapkan karena apabila ada siswa yang memiliki kemampuan yang lemah / motivasi rendah maka akan tertinggal oleh teman-teman lainnya. Perkembangan teknologi membawa pergeseran pada teori ini misalnya adanya internet siswa harus lebih mengembangkan dirinya untuk lebih aktif dalam mengakses informasi dan materi belajar secara mandiri. Sedangkan pada teori humanistik memiliki sifat yang ideal yaitu memanusiakan manusia.Teori ini lebih menitikberatkan pada siswa agar berfikir induktif dimana siswa lebih mengedepankan pengalaman dan siswa aktif dalam pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme mendekati sama dengan teori humanistik, pergeserannya yaitu pada teori humanistik lebih mengedepankan terbentuknya manusia yang ideal yang mendekati sempurna.
Perkembangan IPTEK menuntut adanya inovasi dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya dalam dunia pendidikan. Teori-teori belajar tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam menciptakan inovasi. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru yang segar dan mencerahkan. Tanpa didukung kemauan dari guru untuk selalu berinovasi dalam pembelajarannya, maka pembelajaran akan menjenuhkan bagi siswa. Di samping itu, guru tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Inovasi akhirnya menjadi sesuatu yang harus dicoba untuk dilakukan guna mencapai tujuan pembelajaran yang sesungguhnya.

Ika Yuliastuti ( IIIA / K7109098 )

Log Pertemuan 11
Presentasi kelompok 3, sebagai seorang pendidik kita harus mampu menciptakan situasi belajar yang memungkinkan peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.

Astuti Prasetyaningsih/ K7109037/ IIIA

LOG 11
10 November 2010

Teori Hemisphere dalam pembelajaran membutuhkan peran belahan otak kanan dan kiri, diperlukan peran penting dari perbagai aspek untuk kesuksesan dalam strategi, teknik, dan metode dalam pembelajarn.

Arini Kurniawati / k7109034 / lll A / 12

LOG 11 (10 November 2010)

Presentasi kelompok 3 tentang membangun anak menjadi manusia kritis dan kreatif, serta pemecahan masalah melalui pembaharuan pendekatan, strategi, metode dn teknik pembelajaran.

Guru hanya memfasilitasi dan mendukung potensi yang ada dalam diri anak. Guru DILARANG mengarah-arahkan dan memberi bimbingan, sebaiknya guru hanya menyampaikan gagasan atas suatu masalah, dan keputusan terakhir diserahkan pada anak, dan jika anak tersebut menolak gagasan guru, justru hal tersebut yang diharapkan.
Anak tidak boleh DIBENTUK dan DICETAK, jika demikian ini dilakukan berarti kita telah membunuh hak anak untuk berkembang an biarkan anak berkembang secara alami, yang boleh kita lakukan adalah memberi dukungan dengan tulus, tanpa mengarah-arahkan dan mencap ini itu.

Lilis Saputri H. ( IIIA / K7109120)

Log 11
Potensi dan latihan berkembang secara sinkron. Kreativitas tidak datang secara tiba-tiba, tetapi memerlukan proses dan kerja keras.

ANGGRIAWAN NOVA PRASETYO/K7109018/IIIA/05

LOG 10-11

LOG 10
Presentasi kelompok II tentang analisis dan pergeseran Teori-teori belajar

LOG 11
orang kadang membeda-bedakan tentang kinerja belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Seorang guru harus dapat mengkombine teori-teori belajar agar peserta didik dapat meksimal dalam belajar dan juga dalam proses pembelajaran.

Rani Darojah/K7109156/10/IIIB

Belajar Teori???

Belajar dan pembelajaran mempunyai kaitan yang sangat erat, proses pembelajaran dapat membantu siswa untuk belajar dengan baik. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Perlu disadari bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi yang bersifat kompleks dan timbal-balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk itu hendaknya siswa diberi kesempatan yang memadai untuk ikut ambil bagian dan diperlakukan secara tepat dalam sebuah proses pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa teori belajar yang dapat digunakan pendidik sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas antara lain teori behavioristik, teori kognitif, teori konstruktivisme dan teori humanistik.
Teori Behavioritik merupakan teori untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam belajar. Teori behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku sebagai pengaruh lingkungan. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila menunjukan perubahan perilakunya. Menurut teori behavioristik dalam belajasr yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Teori ini memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Dalam teori behavioristik dijelaskan adanya penguatan dan hukuman dalam proses belajar mengajar, contohnya dengan memuji hasil kerja siswa “ya pekerjaan kamu bagus patut diacungi jempol, besok lebih ditingkatkan lagi ya?.” Adanya hukuman juga dapat membuat siswa sadar atas kesalahannya dan tidak mengulangnya kembali namun hukuman tersebut bukan berarti dalam bentuk kekerasan, namun hukuman yang mendidik dan membangun agar peserta didik belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Dalam teori behavioristik terdapat target – target yang harus dapat tercapai, namun adanya pencapaian target tertentu dalam teori behavoristik membuat siswa menjadi tidak kreatif dan tidak produktif.
Yang kedua yaitu teori kognitif, teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori ini lebih menekankan bagaimana proses mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yang dimiliki seseorang. Tokoh-tokoh yang mengembangkan aliran kognitf mengemukakan bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya aktif dan dapat berinteraksi dengan teman sebaya. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Dalam teori ini proses belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual. Teori ini mengutamakan aspek kemampuan intelektual saja dan tidak memperhatikan aspek moral. Hendaknya, proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi sehingga peserta didik mempunyai intelektual dan moral kepribadian yang baik.
Selanjutnya yaitu teori Konstruktivisme, menurut teori ini belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Untuk itu pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Guru hanya sebagai fasilitator artinya guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, akan tetapi, siswa harus aktif, kreatif dan kritis. Teori konstruktivisme memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk belajar dimanapun dan kapanpun. Belajar tidak harus berlangsung di dalam ruangan namun dapat di lingkungan luar kelas yang dapat menunjang proses belajar peserta didik, dengan demikian peserta didik lebih mengenal lingkungan sekitarnya.
Yang terahir yaitu teori Humanistik, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih menekankan bagaimana persoalan manusia dari dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru hendaknya memiliki sifat, karakter dan tampilan yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Teori humanistik ini lebih menekankan pada perkembangan kepribadian individu. Individu diajak untuk bertindak jujur, menghargai, menghormati orang lain dan sikap emosi positif lainnya serta diajarkan tentang kemampuan berimajinasi agar kemampuan otaknya dapat berkembang.
Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi, teori belajar tersebut mengalami pergeseran yang diharapkan akan menjadi lebih baik. Dari semua teori diatas tidak ada yang lebih baik atau pun lebih jelek, masing-masing teori mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam mengaplikasikan teori – teori tersebut dalam pembelajaran guru hendaknya memilih metode yang tepat dan di sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

IKA WINDY PRATIWI / K7109097 / IIIA / 27

Log pertemuan 11
presentasi tentang KD 3,serta bagaimana cara kita untuk membangun anak menjadi kreatif dan kritis, sehingga anak mampu mengkonstruksi apa yang telah anak miliki.

DIEN PUSPITAWARTI/K7109059/IIIA/20

LOG 6-9

Log 6
Pada dasarnya teori belajar dari tahun ke tahun mengalami penyempurnaan. Dan setiap strategi, tekhnik dan metode dalam pembelajaran itu memiliki tujuan. Dalam masing-masing kehidupan seseorang memiliki lifestyle dan learning style yang menunjang kesuksesan mereka.
Log 7
Ketertarikan yang dialami oleh anak berupa perhatian yang diberikan oleh anak dan bagaimana untuk menerapkan persepsi itu berdasarkan minat yang dimiliki anak tersebut. Yang terpikirkan oleh anak maka akan timbul proses penyimpanan dalam memori anak ( internal)
Log 8
Inovasi berarti menemukan model pembelajaran yang kemudian diterapkan. Guru harus bisa memplaning dan berupaya agar siswa dapat belajar dengan maksimal. Dan bagaimana cara guru mengkonfirmasi itu dengan kebenaran yang didapatkan dari siswa. Semua itu dapat diperoleh melaui elaborasi dari berbagai pendapat, kemudian ditarik kesimpulan.
Log 9
Belajar yang diterapkan kepada siswa itu tidak hanya bersumber dari pengalaman didalam kelas yang dipandu oleh guru dan difasilitasi buku saja, tetapi dapat pula diperoleh melalui media lain, misalnya media visual maupun audiovisual. Tidak cukup dengan itu namun bagaimana siswa tersebut memproses ilmu sehingga dapat diterapkan sesuai kebutuhan.

pawit khotibin /K7109150/3B

PENDAHULUAN


Sekarang ini ada beberapa teori pembelajaran yang dipakai sebagai panduan oleh guru untuk mengajar peserta didiknya, misalnya teori behavioristik, teori kognitivisme, teori konstruktivisme, dan teori humanistic. Teori-teori tersebut sudah digunakan di masa lalu, namun sampai saat ini dan akan datang teori tersebut masih digunakan dan terus diperbaharui lagi. Bagaimana analisis dari masing-masing teori tersebut?.Mengapa terjadi pergeseran antar teori-teori terseb

PEMBAHASAN

1) Teori Behavioristik
Secara umum teori behavouristik lebih melihat sosok atau kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat dilihat secara empirik. Perilaku dalam pandangan behavioristik dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

2) Teori Kognitif
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Jadi, teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yang dimiliki seseorang.

3) Teori Konstruktivisme
Menurut teori ini belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Sehingga disini guru lebih sebagai fasilitator artinya guru bukanlah satu-satunya sumber belajar yang harus ditiru dan segala ucapan dan tindakannya selalu benar. Akan tetapi, siswa harus aktif, kreatif dan kritis.

4) Teori Humanistik
Dalam teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih menekankan bagaimana persoalan manusia dari berbagai dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga teori ini mencakup teori-teori sebelumnya. Konsekuensinya guru harus mampu memiliki sifat, karakter dan tampilan yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
1.
Analisis Berbagai Teori Belajar

1) Analisis Teori Behavioristik
Dalam teori behavioristik dijelaskan adanya penguatan dan hukuman dalam proses belajar mengajar. Adanya pencapaian target tertentu dalam teori behavoristik membuat siswa juga tidak kreatif dan tidak produktif inilah yang menjadi kelemahan teori tersebut.. Teori behavioristik juga banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

2) Analisis Teori Kognitif
Teori ini dalam proses belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual siswa. Namun, disisi lain perkembangan moral kepribadian siswa menjadi sangat miskin karena teori ini hanya mengoptimalkan kemampuan intelektual saja tidak memperhatikan aspek moral. Semestinya, prosese pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi sehingga lulusan pendidikan memiliki kualitas intelektual dan moral kepribadian yang seimbang.

3) Analisis Teori Konstruktivisme
Teori ini memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk belajar dimanapun dan kapanpun tidak harus di ruang kelas sehingga memberikan ruang gerak peserta didik yang luas untuk memperoleh pengetahuan. Di sini peserta didik tidak boleh pasif karena informasi dan pengetahuan yang di dapatkan terbatas. Untuk itu guru perlu memfasilitasi dalam proses belajar mengajar.




4) Analisis Teori Humanistik
Dalam teori ini lebih menekankan pada perkembangan kepribadian individu untuk membangun hal-hal yang positif erat kaitannya dengan emosi positif. Individu diajak untuk bertindak jujur, menghargai, menghormati orang lain dan sikap emosi positif lainnya. Selain itu peserta didik dapat juga diajarkan tentang kemampuan berimajinasi agar kemampuan otaknya dapat berkembang. Tugas guru lebih berat karena harus menampilkan karakter dan sifat yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Sebaiknya guru tidak membawa masalah pada saat mengajar karena dapat menganggu suasana dan jiwa peserta didik.

Pergeseran Teori Pembelajaran
Pergeseran Teori Behaviorisme
Teori pembelajaran behaviorisme menekankan bahwa proses pembelajaran lebih menekankankan pada pemberian stimulus(rangsangan) dan respon yang muncul dari siswa. Pada model pembelajaran ini kualitas manusia dilihat dari aspek kinerja/perilaku yang dapat dilihat secara empirik(nyata). Jadi meskipun siswa sudah manguasai materi yang disampaikan apabila perilakunya tidak berubah maka dia tetap saja dianggap belum belajar. Disini guru sebagai pusat/titik sentral dalam pembelajran siswa bersifat pasif. Berhasil atau tidaknya pembelajaran tergantung pada stimulus yang diberikan oleh guru. Murid hanya memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya tidak diberi kebebasan untuk mengungkapkan gagasannya.
Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan (shaping) yang membawa siswa mencapai target tertentu sehingga menjadikan siswa tidak bebas untuk berkreasi dan berimajinasi. Selain itu, keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya dilihat dari strimulus dan respons yang diberikan akan tetapi juga ada hal penting yaitu pemberian hukuman yang diberikan kepada siswa yang bersalah sehingga diharpkan tingkah lakunya akan berubah. Sekarang sudah mampu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk berpikir kreatif dan mengembangkan potensinya.

Teori Kognitivisme
Pada hekekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik serta proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional anak. Teori ini merupakan bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model persptual, yaitu untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap sesuatu obyek.
Kebaikan dari teori ini adalah dimana teori ini lebih menghargai proses pembelajaran dibandingkan dengan menilai hasil pembelajaran itu sendiri, jadi apabila diterapkan dalam proses pembalajaran yang sesungguhnya guru harus benar-benar memahami tahap-tahap perkembangan dan kemampuan muridnya dalam menguasai materi-materi yang telah diberikan, hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Pergeseran Teori Konstuktivisme
Pada teori konstruktivisme lebih menekankan pada pengembangana potensi siswa, dimana guru hanya sebagai fasilitator saja sehingga siswa dituntut untuk aktif, kreatif, dan kritis. Pembelajaran yang dilaksanakan harus mampu memberikan pengalaman nyata pada siswa. Setelah itu diharapkan siswa dapat benar-benar memahami dan menghayati materi yang disampaikan. Semua fasilitas dan suasana didesain senyaman mungkin agar pembelajaran terasa menyenangkan. Di dalam pembelajaran ini guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat/ mengungkapkan gagasanya. Jadi disini proses pembelajaran bersifat demokratis. Guru dituntut untuk tidak otoriter terhadap siswanya.

Sebenarnya model pembelajaran ini sangat bagus karena menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran bukan sebagai objek. Selain itu juga melatih siswa untuk berpikir kreatif/ berfikir tingkat tinggi dimana bukan sekedar mengerti, paham, dan hafal saja akan tetapi juga berfikir bagaimana cara menciptakan sesuatu yang baru atau menginovasi apa yang sudah ada dari apa yang telah disampaikan guru.
Sayangnya jika teori ini diterapkan secara murni siswa yang berkemampuan kurang/ tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan tertinggal dari teman-teman yang lainya.
Seiring dengan perkembangan zaman, dalam proses pelaksanaanya teori konstruktivisme mengalami pergeseran dimana menglami kemajuan karena dibantu dengan perkembangan teknologi. Sebagai contoh dengan adanya internet akan memudahkan siswa dalan mengakses segala informasi yang dibutuhkan sehingga diharapkan siswa yang pandai memnfaatkan waktu akan semakin menguasi apa yang disampaikan oleh gurunya dan mampu memberikan inspirasi kepada siswa uantuk berfikir kreatif.

Pergeseran Teori Humanistik
Tujuan belajar dari teori humanistik adalah memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa dapat memahami dirinya sendiri dan dapat memahami lingkungannya. Pada teori konstruktivisme guru adalah sebagai fasilitator, begitu pula pada teori humanistik, guru juga sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan motivasi agar siswa dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Tujuan teori ini adalah mengharapkan terciptanya manusia yang ideal. Untuk itu, motivasi dan pengalaman emosional sangant penting dalam peristiwa belajar.
Guru sebagai fasilatator harus mampu menciptakan situasi yang kondusif agar siswa memiliki kebebasan untuk beraktualisasi, berpikir alternative dan kebebasan untuk menemukan konsep dan prinsip.

Teori humanistik bersifat ideal yaitu memanusiakan manuasia sehingga mampu memberikan arahan terhadap semua komponen pembelajaran, dalam prosesnya semua sarana prasarana dapat digunakan asalkan dapat memanusiakan manusia. Teori ini mementingkan siswa agar berfikir induktif yaitu mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme hampir sama dengan teori humanistik, sedangkan pergeserannya adalah pada teori humanistik lebih mementingkanterciptanya manusia yang ideal.


PENUTUP
Kesimpulan
Masing-masing teori pembelajaran pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada teori yang benar-benar sempurna; yaitu tidak ada yang paling baik maupun paling jelek, semuanya saling berkaitan.

Saran
Untuk pembelajaran, sebaiknya tidak hanya memakai satu teori saja. Teori-teori tersebut perlu dikombinasikan dan diperbaharui oleh para guru atau pendidik agar berjalan seimbang dan mampu menciptakan inovasi pembelajaran.

pawit khotibin /K7109150/3B

log 10
tiap tahun model pembelajaran boleh berubah, namun teori belajar hendaknya tak mengalami perubahan, hanya bergeser

Agus Hadi Saputro/3A/K7109006

Log 10

Pergeseran Teori Pembelajaran

Teori pembelajaran perlu kita rencanakan dan laksanakan sebagai seorang calon pendidik umtuk menghasilkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik masing-masing daerah.

Senin, 08 November 2010

Nur Hidayah, K7109141/ IIIB

log Pertemuan 10, 4 November 2010

Pergeseran teori dapat terjadi karena adanya kelemahan atau kekurangan suatu teori. Teori-teori masa lalu masih digunakan pada saat ini.

Zahro Sri Tanjung / K7109218 / III B

Log pertemuan ke 10

membahas tenteng analisis teori-teori pembelajaran dari masa dulu, kini, dan yang akan datang beserta pergeseran teoti-teori pembelajaran.

Yuni Ambarsari/k7109215/33B

log Pertemuan ke 10
melanjutkan presentasi Kd 2 tentang analisis teori pembelajaran dan pergeserannya.

NUR KHASANAH/K 7109142/KELAS IIIB

LOG PERTEMUAN KE-10
Lanjutan presentasi KD 2, yakni pokok bahasan mengenai analisis dan pergeseran teori pembelajaran.