Selasa, 09 November 2010

Rani Darojah/K7109156/10/IIIB

Belajar Teori???

Belajar dan pembelajaran mempunyai kaitan yang sangat erat, proses pembelajaran dapat membantu siswa untuk belajar dengan baik. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Perlu disadari bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi yang bersifat kompleks dan timbal-balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk itu hendaknya siswa diberi kesempatan yang memadai untuk ikut ambil bagian dan diperlakukan secara tepat dalam sebuah proses pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa teori belajar yang dapat digunakan pendidik sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas antara lain teori behavioristik, teori kognitif, teori konstruktivisme dan teori humanistik.
Teori Behavioritik merupakan teori untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam belajar. Teori behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku sebagai pengaruh lingkungan. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila menunjukan perubahan perilakunya. Menurut teori behavioristik dalam belajasr yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Teori ini memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Dalam teori behavioristik dijelaskan adanya penguatan dan hukuman dalam proses belajar mengajar, contohnya dengan memuji hasil kerja siswa “ya pekerjaan kamu bagus patut diacungi jempol, besok lebih ditingkatkan lagi ya?.” Adanya hukuman juga dapat membuat siswa sadar atas kesalahannya dan tidak mengulangnya kembali namun hukuman tersebut bukan berarti dalam bentuk kekerasan, namun hukuman yang mendidik dan membangun agar peserta didik belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Dalam teori behavioristik terdapat target – target yang harus dapat tercapai, namun adanya pencapaian target tertentu dalam teori behavoristik membuat siswa menjadi tidak kreatif dan tidak produktif.
Yang kedua yaitu teori kognitif, teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori ini lebih menekankan bagaimana proses mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yang dimiliki seseorang. Tokoh-tokoh yang mengembangkan aliran kognitf mengemukakan bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya aktif dan dapat berinteraksi dengan teman sebaya. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Dalam teori ini proses belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual. Teori ini mengutamakan aspek kemampuan intelektual saja dan tidak memperhatikan aspek moral. Hendaknya, proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi sehingga peserta didik mempunyai intelektual dan moral kepribadian yang baik.
Selanjutnya yaitu teori Konstruktivisme, menurut teori ini belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Untuk itu pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Guru hanya sebagai fasilitator artinya guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, akan tetapi, siswa harus aktif, kreatif dan kritis. Teori konstruktivisme memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk belajar dimanapun dan kapanpun. Belajar tidak harus berlangsung di dalam ruangan namun dapat di lingkungan luar kelas yang dapat menunjang proses belajar peserta didik, dengan demikian peserta didik lebih mengenal lingkungan sekitarnya.
Yang terahir yaitu teori Humanistik, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih menekankan bagaimana persoalan manusia dari dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru hendaknya memiliki sifat, karakter dan tampilan yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Teori humanistik ini lebih menekankan pada perkembangan kepribadian individu. Individu diajak untuk bertindak jujur, menghargai, menghormati orang lain dan sikap emosi positif lainnya serta diajarkan tentang kemampuan berimajinasi agar kemampuan otaknya dapat berkembang.
Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi, teori belajar tersebut mengalami pergeseran yang diharapkan akan menjadi lebih baik. Dari semua teori diatas tidak ada yang lebih baik atau pun lebih jelek, masing-masing teori mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam mengaplikasikan teori – teori tersebut dalam pembelajaran guru hendaknya memilih metode yang tepat dan di sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar