Selasa, 09 November 2010

pawit khotibin /K7109150/3B

PENDAHULUAN


Sekarang ini ada beberapa teori pembelajaran yang dipakai sebagai panduan oleh guru untuk mengajar peserta didiknya, misalnya teori behavioristik, teori kognitivisme, teori konstruktivisme, dan teori humanistic. Teori-teori tersebut sudah digunakan di masa lalu, namun sampai saat ini dan akan datang teori tersebut masih digunakan dan terus diperbaharui lagi. Bagaimana analisis dari masing-masing teori tersebut?.Mengapa terjadi pergeseran antar teori-teori terseb

PEMBAHASAN

1) Teori Behavioristik
Secara umum teori behavouristik lebih melihat sosok atau kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat dilihat secara empirik. Perilaku dalam pandangan behavioristik dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

2) Teori Kognitif
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Jadi, teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yang dimiliki seseorang.

3) Teori Konstruktivisme
Menurut teori ini belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Sehingga disini guru lebih sebagai fasilitator artinya guru bukanlah satu-satunya sumber belajar yang harus ditiru dan segala ucapan dan tindakannya selalu benar. Akan tetapi, siswa harus aktif, kreatif dan kritis.

4) Teori Humanistik
Dalam teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih menekankan bagaimana persoalan manusia dari berbagai dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga teori ini mencakup teori-teori sebelumnya. Konsekuensinya guru harus mampu memiliki sifat, karakter dan tampilan yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
1.
Analisis Berbagai Teori Belajar

1) Analisis Teori Behavioristik
Dalam teori behavioristik dijelaskan adanya penguatan dan hukuman dalam proses belajar mengajar. Adanya pencapaian target tertentu dalam teori behavoristik membuat siswa juga tidak kreatif dan tidak produktif inilah yang menjadi kelemahan teori tersebut.. Teori behavioristik juga banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

2) Analisis Teori Kognitif
Teori ini dalam proses belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual siswa. Namun, disisi lain perkembangan moral kepribadian siswa menjadi sangat miskin karena teori ini hanya mengoptimalkan kemampuan intelektual saja tidak memperhatikan aspek moral. Semestinya, prosese pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi sehingga lulusan pendidikan memiliki kualitas intelektual dan moral kepribadian yang seimbang.

3) Analisis Teori Konstruktivisme
Teori ini memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk belajar dimanapun dan kapanpun tidak harus di ruang kelas sehingga memberikan ruang gerak peserta didik yang luas untuk memperoleh pengetahuan. Di sini peserta didik tidak boleh pasif karena informasi dan pengetahuan yang di dapatkan terbatas. Untuk itu guru perlu memfasilitasi dalam proses belajar mengajar.




4) Analisis Teori Humanistik
Dalam teori ini lebih menekankan pada perkembangan kepribadian individu untuk membangun hal-hal yang positif erat kaitannya dengan emosi positif. Individu diajak untuk bertindak jujur, menghargai, menghormati orang lain dan sikap emosi positif lainnya. Selain itu peserta didik dapat juga diajarkan tentang kemampuan berimajinasi agar kemampuan otaknya dapat berkembang. Tugas guru lebih berat karena harus menampilkan karakter dan sifat yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Sebaiknya guru tidak membawa masalah pada saat mengajar karena dapat menganggu suasana dan jiwa peserta didik.

Pergeseran Teori Pembelajaran
Pergeseran Teori Behaviorisme
Teori pembelajaran behaviorisme menekankan bahwa proses pembelajaran lebih menekankankan pada pemberian stimulus(rangsangan) dan respon yang muncul dari siswa. Pada model pembelajaran ini kualitas manusia dilihat dari aspek kinerja/perilaku yang dapat dilihat secara empirik(nyata). Jadi meskipun siswa sudah manguasai materi yang disampaikan apabila perilakunya tidak berubah maka dia tetap saja dianggap belum belajar. Disini guru sebagai pusat/titik sentral dalam pembelajran siswa bersifat pasif. Berhasil atau tidaknya pembelajaran tergantung pada stimulus yang diberikan oleh guru. Murid hanya memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya tidak diberi kebebasan untuk mengungkapkan gagasannya.
Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan (shaping) yang membawa siswa mencapai target tertentu sehingga menjadikan siswa tidak bebas untuk berkreasi dan berimajinasi. Selain itu, keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya dilihat dari strimulus dan respons yang diberikan akan tetapi juga ada hal penting yaitu pemberian hukuman yang diberikan kepada siswa yang bersalah sehingga diharpkan tingkah lakunya akan berubah. Sekarang sudah mampu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk berpikir kreatif dan mengembangkan potensinya.

Teori Kognitivisme
Pada hekekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik serta proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional anak. Teori ini merupakan bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model persptual, yaitu untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap sesuatu obyek.
Kebaikan dari teori ini adalah dimana teori ini lebih menghargai proses pembelajaran dibandingkan dengan menilai hasil pembelajaran itu sendiri, jadi apabila diterapkan dalam proses pembalajaran yang sesungguhnya guru harus benar-benar memahami tahap-tahap perkembangan dan kemampuan muridnya dalam menguasai materi-materi yang telah diberikan, hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Pergeseran Teori Konstuktivisme
Pada teori konstruktivisme lebih menekankan pada pengembangana potensi siswa, dimana guru hanya sebagai fasilitator saja sehingga siswa dituntut untuk aktif, kreatif, dan kritis. Pembelajaran yang dilaksanakan harus mampu memberikan pengalaman nyata pada siswa. Setelah itu diharapkan siswa dapat benar-benar memahami dan menghayati materi yang disampaikan. Semua fasilitas dan suasana didesain senyaman mungkin agar pembelajaran terasa menyenangkan. Di dalam pembelajaran ini guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat/ mengungkapkan gagasanya. Jadi disini proses pembelajaran bersifat demokratis. Guru dituntut untuk tidak otoriter terhadap siswanya.

Sebenarnya model pembelajaran ini sangat bagus karena menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran bukan sebagai objek. Selain itu juga melatih siswa untuk berpikir kreatif/ berfikir tingkat tinggi dimana bukan sekedar mengerti, paham, dan hafal saja akan tetapi juga berfikir bagaimana cara menciptakan sesuatu yang baru atau menginovasi apa yang sudah ada dari apa yang telah disampaikan guru.
Sayangnya jika teori ini diterapkan secara murni siswa yang berkemampuan kurang/ tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan tertinggal dari teman-teman yang lainya.
Seiring dengan perkembangan zaman, dalam proses pelaksanaanya teori konstruktivisme mengalami pergeseran dimana menglami kemajuan karena dibantu dengan perkembangan teknologi. Sebagai contoh dengan adanya internet akan memudahkan siswa dalan mengakses segala informasi yang dibutuhkan sehingga diharapkan siswa yang pandai memnfaatkan waktu akan semakin menguasi apa yang disampaikan oleh gurunya dan mampu memberikan inspirasi kepada siswa uantuk berfikir kreatif.

Pergeseran Teori Humanistik
Tujuan belajar dari teori humanistik adalah memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa dapat memahami dirinya sendiri dan dapat memahami lingkungannya. Pada teori konstruktivisme guru adalah sebagai fasilitator, begitu pula pada teori humanistik, guru juga sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan motivasi agar siswa dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Tujuan teori ini adalah mengharapkan terciptanya manusia yang ideal. Untuk itu, motivasi dan pengalaman emosional sangant penting dalam peristiwa belajar.
Guru sebagai fasilatator harus mampu menciptakan situasi yang kondusif agar siswa memiliki kebebasan untuk beraktualisasi, berpikir alternative dan kebebasan untuk menemukan konsep dan prinsip.

Teori humanistik bersifat ideal yaitu memanusiakan manuasia sehingga mampu memberikan arahan terhadap semua komponen pembelajaran, dalam prosesnya semua sarana prasarana dapat digunakan asalkan dapat memanusiakan manusia. Teori ini mementingkan siswa agar berfikir induktif yaitu mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme hampir sama dengan teori humanistik, sedangkan pergeserannya adalah pada teori humanistik lebih mementingkanterciptanya manusia yang ideal.


PENUTUP
Kesimpulan
Masing-masing teori pembelajaran pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada teori yang benar-benar sempurna; yaitu tidak ada yang paling baik maupun paling jelek, semuanya saling berkaitan.

Saran
Untuk pembelajaran, sebaiknya tidak hanya memakai satu teori saja. Teori-teori tersebut perlu dikombinasikan dan diperbaharui oleh para guru atau pendidik agar berjalan seimbang dan mampu menciptakan inovasi pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar