Selasa, 14 September 2010

INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK

Widiayu Septiani / III B
K7109202 / 27

A.KONSEP BELAJAR
1.Belajar sebagai Proses Perubahan Tingkah Laku
Hilgard (dalam Wina, 2009: 228) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun di dalam lingkungan alamiah. Dalam KBBI (2000: 17) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Aktifitas mental itu terjadi karena ada interaksi individu dengan lingukan yang disadari. Belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor.

2.Belajar dan Hasil Perbuatan Belajar
Menurut Gagne, sebagai suatu proses ada 8 tipe perbuatan berlajar sebagai berikut:
a.Belajar signal, yaitu memberikan reaksi terhadap rangsangan.
b.Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan.
c.Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala atau faktor yang satu dengan yang lain sehingga menjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti.
d.Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya.
e.Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang diterimanya.
f.Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Kemampuan konsep berhubungan dengan kemampuan menjelaskan sesuatu berdasarkan atribut yang dimilikinya.
g.Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep.
h.Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan.
Kedelapan tipe belajar di atas tersusun secara hierarki, yang memberi petunjuk bagaimana perbuatan belajar itu dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar. Bukan petunjuk mengenai hasil belajar yang harus dicapai siswa.
Gagne juga mengemukakan ada lima jenis hasil belajar, yakni:
a.Belajar kemahiran intelektual (kognitif)
Yang termasuk dalam belajar kemahiran intelektual yaitu belajar membedakan atau diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah.
b.Belajar informasi verbal, adalah belajar menyerap atau mendapatkan, menyimpan dan mengomunikasikan berbagai informasi dari berbagai sumber.
c.Belajar mengatur kegiatan intelektual, adalah belajar untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan konsep dan kaidah yang telah dimilikinya.
d.Belajar sikap, merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti atau tidak bagi dirinya.
e. Belajar ketrampilan motorik, berhubungan dengan kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar.

B.KONSEP PEMBELAJARAN
1.Pembelajaran adalah Proses Berpikir
Belajar berpikir menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan pada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya.

2.Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut para ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu.
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensil, linier, dan rasional. Cara kerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistis. Kedua belahan otak perlu dikembangkan secara optimal dan seimbang. Dalam standar proses pendidikan, belajar adalah memanfaatkan kedua belahan otak secara seimbang. Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak.

3.Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupannyamanusia aka selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya.
Prinsip belajar sepanjang hayat sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO (1996), yaitu (1) learning to know (learning to learn); (2) learning to do; (3) learning to be; dan (4) learning to live together.

Selama ini, inovasi pembelajaran baru sekedar teori. Berbagai macam model pembelajaran aktif yang sedang marak saat ini sebenarnya sudah ada sejak masa lalu yang tidak pernah diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga mereka selalu menganggap pembelajaran kreatif merupakan hal yang baru.

Pendidikan lebih dari sekedar meraih standar pembelajaran tertentu; pendidikan identik dengan mengembangkan keinginan untuk belajar, memahami cara belajar, dan menerapkan praktik pengajaran bagaimana sesungguhnya otak berfungsi. Otak kita dapat berubah. Kapasitas berubahnya sangat besar, bahkan tak terukur. Kita hanya perlu pengetahuan yang sederhana: bagaimana otak bekerja!

Peran utama pendidik adalah memahami riset otak secukupnya untuk membantu siswa berkembang menjadi diri mereka yang terbaik. Sebagai pendidik, kita bisa mengandalkan sistem pembelajaran otak untuk menyusun kerangka pendidikan dengan baik, sehingga perencanaan pembelajaran dan penerapannya terasa menyenangkan. Guru memainkan peran penting dalam perkembangan aneka sistem pembelajaran anak. Pelajaran perlu menarik, menantang, relevan, berkaitan dengan apa yang sudah diketahui dan bisa dicapai siswa. (Given, 2007: 57)

Memberi anak-anak cinta dan pengetahuan sama pentingnya dengan memberinya makanan. Namun, ada saatnya orangtua (dan guru) harus memahami bahwa anak-anak sudah berada di jalur yang bukan pilihan siapa pun. Anak-anak adalah dirinya sendiri, dan akan lebih baik jika orangtua (begitu pula guru) mulai memahami anak-anak ketimbang berusaha mencetaknya menjadi sesuatu yang ideal menurut bayangan mereka. Anak-anak adalah untuk ditemukan, disamping dibentuk; dia harus dibiarkan dan didorong untuk berkembang sesuai dengan potensinya sendiri. Kita masing-masing dilahirkan ke dunia sebagai seseorang; dan sepanjang sisa hidup ini kita gunakan untuk menemukan siapa diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar