Selasa, 05 Oktober 2010

Yuni Rahmawati, k7109216,ikuti yang Benar bukan Sekadar Umum(artikel)

Sering terlontar dari mulut seseorang kalimat yang memang telah memanusiawi. Kalimat tersebut cukup membuat aku prihatin meski tak tahu apa manusia lain telah menyadarinya sejak awal.”Yaa ikut yang umum sajalah, kan lebih aman”, itulah salah satu pembicaraan yang berhasil aku kutip dari tangkapan telingaku dan ku translate sendiri dalam bahasa Indonesia. Kalimat itu memang terdengar biasa, simple, namun jika ditelaah lebih dalam akan mengundang segudang rasa prihatin sekaligus kesesakan pikiran yang bertubi-tubi. Pernahkah disangka bahwa hal tersebut telah menyuguhkan suatu tindakan salah kaprah???

Jangan hanya dibayangkan……tapi PIKIRKAN!!! Bahwa itu sama saja akan menjebloskan manusia ke dalam suatu langkah tanpa pedoman, tanpa pikiran, tanpa akal karena manusia ini cenderung pasrah dan menerima apa adanya tanpa tahu apakah langkah tersebut benar dan jelas sumbernya. Padahal manusia memiliki peluang terbesar untuk berpikir, untuk maju, karena manusialah satu-satunya makhluk yang dikaruniai akal yang berkembang. Memang otak manusia sangat kaya, tapi jika mereka tak memliki kemauan untuk mengasahnya, mampukah otak tersebut berfungsi sebagaimana mestinya????? Omong kosong belaka jika masih seperti itu menjawab, “YA”. Berawal hanya berpegang pada “pokoknya katanya” merebak dari telinga manusia yang satu ke yang lain kadang masih ditambah bumbu-bumbu agar semakin menarik akan melahirkan tindakan yang jika keliru akan terus keliru. Kalau hal tersebut berlanjut tanpa penanganan serius, akan semakin sulit untuk meluruskannya karena telah mengakar menjadi sebuah kebiasaan. Apalagi jika tindakan itu mereka contoh dari pemuka masyarakat yang kadang belum tahu akan tetapi berlagak tahu untuk mempertahankan kewibawaannya, masyarakat akan semakin yakin akan tindakan yang mereka lakukan itu benar dan sudah umum.

Apakah sesuatu yang umum selalu benar? Ataukah sesuatu yang umum selalu salah? Tidak….bukan yang demikian. Sesuatu yang umum itu tidak selalu benar atau salah. Jadi perlu mempelajari dahulu atau sekadar tahu dulu asal mu’asal dari hal itu. Memang, seseorang harus mampu menyesuaikan diri terhadap setiap lingkungan yang dia tinggali. Akan tetapi, bukan berarti menelan mentah-mentah semua kebiasaan yang ada kan? Lalu bagaimana sebaiknya? Apakah harus manentang terang-terangan? Bagaimana jika mereka mengira kalau kita yang sok tahu, atau malah mengecap kita sebagai pemberontak?

Jangan takut! Jangan berpikir sependek itu dong….Kita masih punya cara lain untuk menyadarkan mereka. Jangan menentang terang-terangan yang penuh resiko atau membahyakan diri sendiri. Cari…!pikirkan dengan akal sehat, dengan pikiran jernih! Bukan kita terjun langsung, tetapi bisa melalui perantara yaitu pemuka masyarakat. Berdiskusi dengan orang yang cukup berpengaruh itu bukan hal yang menakutkan, tapi jangan langsung menyodorkan berbagai tuduhan tentang kebelumtahuannya, bisa-bisa dia menganggap kita telah meremehkan atau menghinanya. Katakan maksud kita dengan baik, dengan perlahan, sehingga dia memahami. Pemuka masyarakat merupakan seseorang yang tentunya memiliki pendidikan, pengetahuan, dan wawasan yang lebih baik, sehingga mampu diberi masukan dan diajak bekerja sama. Selanjutnya pemuka masyarakat akan meluruskan kekeliruan yang lalu kepada masyarakat. Dengan cara itu, kekeliruan dapat diluruskan, dan kita tetap berhubungan baik dengan masyarakat tersebut.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Mohon maaf jika sekiranya ada pihak yang tidak sependapat atau kurang berkenan di hati membaca tulisan ini. Ini hanya sebuah opini dari seseorang yang masih dalam tahap belajar dan masih perlu bimbingan.

Sekian. By:^-^ Rahma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar