Selasa, 07 September 2010

Sulatul Ma'wadah K7109181/IIIB/17


Sulatul Ma’wadah K7109181/17/IIIB
 Log Pertemuan I ,  25 Agustus 2010 
.Devinisi Inovasi pembelajaran        
Log Pertemuan II, 31 Agustus 2010 
.Merancang kontrak perkuliahan selama 1 semester dan menganalisis film “3 idiot”
FILM 3 IDIOT
1. Nilai Utama Film
Perjalanan dalam menuntut ilmu sama halnya dengan perjalanan hidup yaitu sebuah ‘perlombaan’ siapapun  yang mau berusaha keras untuk mendapatkan apa yang ingin dicapai ialah pemenangnya kelak. Dalam belajar. Sekolah, guru, keluarga, sahabat merupakan jembatan motifator untuk meraih kesuksesan.
2. Implikasi film dalam pembelajaran
a.  Kekayaan, kekuasaan tidak menjamin untuk meraih keberhasilan
b. Sekolah bukan untuk mencari ijazah tetapi tempat untuk mendapatkan perubahan
c. Belajar dengan hati
d. Rasa takut merupakan penghambat kesuksesan
e. Belajar dengan menghafal sia-sia tanpa mengerti isi dari apa yang dihafal
f. Tekanan bukan satu-satunya cara untuk meningkatkan kemampuan seseorang
g. Kekuatan persahabatan dapat memotivasi untuk meraih kesuksesan
h. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu
i. Mengajar bukan hanya memberikan ilmu tetapi memberikan perubahan yang lebih baik
j. Keberanian dapat membawa seseorang untuk meraih impian

3. Kejelekan Film 3 idiot
1. Terlalu memaksakan kehendak murid
2. Terlalu cepat memvonis kemampuan 
3. Kepemimpinan yang otoriter dikarenakan kekuasaan
4. Kekuatan persahabatan dapat menghalalkan segala cara untuk kebaikan sahabatnya
5. Mendapatkan ijazah dengan kemampuan orang lain
6. Sistem pendidikan yang syarat dengan hukuman bagi yang menentang
7. Pemaksaan kehendak oleh guru dan orang tua
8. Mudah putus asa karena tekanan
9. Persaingan yang mengakibatkan kecurangan
10. Rasa sombong yang diunggulkan 

Guru Sebagai Agen Perubahan



Guru mempunyai peran yang amat vital dalam pembelajaran di kelas. Gurulah yang mempunyai tugas untuk merancang pembelajaran, melaksanakan, menganalisis, mengevaluasi serta menindak lanjut. Dengan demikian guru adalah aktor utama yang menentukan keberhasilan siswanya. Apabila seorang guru masuk kelas maka guru tersebut harus benar-benar siap untuk selalu dipandangi oleh banyak pasang mata yang akan menilai serta meniru apa yang dilakukan maupun dikenakan. Dari cara berpakaian, cara berjalan, caraber bicara dan semua gerak gerik yang dilakukan guru akan selalu diperhatikan oleh siswanya. Jadi bisa dibilang guru seorang panutan yang wajib digugu lan ditiru oleh peserta didik.
Harus diakui tugas guru memang berat. Mereka tidak hanya dituntut untuk melakukan aksi 'lahiriah' dalam bentuk kegiatan mengajar, tetapi juga harus melakukan aksi 'batiniah', yakni mendidik; mewariskan, mengabadikan, dan menyemaikan nilai-nilai luhur hakiki kepada siswa didik yang akhirnya akan dapat bermanfaat bagi peserta didik dalam kehidupan masyarakat. 
Dalam proses pembelajaran sebelum adanya KTSP guru masih sangat berperan aktif untuk menghidupkan suasana kelas, dikarenakan kepasifan anak didiknya yang timbul karena guru masih sering menggunakan cara-cara pembelajaran yang monoton, seperti mendiktikan pelajaran agar disalin dibuku, menuliskan dipapan tulis dan lain-lain. Kegiatan semua itu pastinya akan menjenuhkan peserta didik jika dilakukan secatra terus menerus selama bertahun tahun. Dalam konteks demikian guru perlu mengambil langkah dan inisiatif untuk mengambil desain proses pembelajaran yang aktif. inovatif, kreatiif, dan menyenangkan. Guru memiliki kebebasan untuk melakukannya di kelas. KTSP sangat leluasa memberikan kesempatan kepada guru untuk menerapkan berbagai gaya dan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran. 
Melalui kegiatan yang inovatif, diharapkan suasan pembelajaran tidak akan kaku dan monoton lagi. Siswa didik perlu lebih banyak diajak untuk berdiskusi, berinteraksi, dan berdialog sehingga mereka mampu mengkonstruksi konsep dan kaidah-kaidah keilmuan sendiri, bukan dengan cara dicekoki dan diceramahi terus. Anak didik juga harus dibiasakan untuk berbeda pendapat sehingga mereka menjadi sosok yang cerdas dan kritis. Tentu saja secara demokratis tanpa melupakan kaidah-kaidah keilmuan, sehingga guru perlu memberikan penguatan-penguatan agar tidak terjadi adanya salah konsep yang berbenturan dengan nilai-nilai kebenaran.
Melalui suasana pembelajaran yang kondusif dengan memberikan kesempatan kepada siswa didik untuk bebas berpendapat dan bercurah pikir, guru akan lebih mudah dalam menyemaikan nilai-nilai luhur hakiki. Dengan cara demikian, peran guru sebagai agen perubahan diharapkan bisa terimplementasikan dengan baik. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar