Minggu, 17 Oktober 2010

Undi Eka Wati_K7109194_25_3B


KONSEP INOVASI PEMBELAJARAN

A.           Kemengapaan Inovasi Pembelajaran
Kemajuan zaman, seperti perkembangan teknologi dan informasi yang cepat di berbagai bidang termasuk di dalamnya juga bidang pendidikan adalah sebuah tantangan bagi para pendidik untuk menjadi manusia yang modern dan berpikir tingkat tinggi, untuk selalu maju menggunakan otak mereka yang belum bisa di gunakan dengan baik.
Roda waktu yang tak henti-hentinya berputar, menuntut guru sebagai pendidik agar selalu mengikuti perkembangan zaman. Kebutuhan akan layanan individual terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar bagi mereka, telah menjadi pendorong utama timbulnya inovasi pembelajaran.
Peserta didik zaman ini sudah mempunyai otak yang berbeda dengan di masa lampau, dari gaya berpikir mereka juga sudah berbeda, maka itu perlu di adakannya inovasi dalam pembelajaran. Baik itu merubah metodenya, strateginya maupun model pembelajarannya. Inovasi dalam pembelajaran merupakan sesuatau hal yang perlu untuk dilakukan, karena dengan adanya inovasi dalam pembelajaran akan merubah kegiatan belajar yang lebih modern.

Teori Otak dan Implementasinya dalam Pembelajaran
Bagian terbesar dari otak kita di sebut otak besar (cerebrum) yang terdiri atas miliaran sel. Cerebrum inilah yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi berpikir tingkatan tertinggi dan pengambilan keputusan. Bagian terluar dari otak kita, cerebral cortex terlihat seperti berlipat-lipat atau berkerut yang tebalnya kira-kira setebal kulit jeruk. Lapisan ini kaya akan sel-sel otak, ukurannya sekitar satu halaman koran yang dibentangkan. Fungsi korteks merupakan 70 persen bagian membentuk system saraf. Sel-sel saraf atau neuron ini dihubungkan oleh hampir sekitar satu juta mil serat saraf. Otak manusia memiliki bagian terbesar  dari korteks yang tak terikat dibandingkan spesies lainnya. Hal ini memberikan kapasitas yang luar biasa bagi otak manusia untuk pembelajaran.
Cerebrum terdiri atas empat bagian utama yang disebut lobe (lobus). Ke empat bagian itu adalah lobe bagian belakang (lobus occipital), bagian depan (lobus frontal), Lobus parietal dan lobus temporal. Lobus occipital terletak sedikit di belakang bagian otak dan terutama bertanggung jawab pada penglihatan. Lobus frontal terketak di bagian wilayah sekitar kening dan punya andil terhadap tindakan-tindakan yang di sengaja seperti memberi penilaian, kreatifitas, dan menyelesaikan masalah dan merencanakan. Lobus parietal bagian atas dari porsi otak Anda. Tugasnya memproses sesuatu yang berhubunagn dengan sensori yang lebih tinggi dan fungsi-fungsi bahasa. Lobus temporal (bagian kiri dan kanan) berada di atas dan di sekitar telinga Anda. Bagian ini bertanggung jawab terhadap pendengaran, memori, pemaknaan, dan bahasa.
Pembelajaran yang optimal dengan menggunakan otak terjadi dalam banyak tahap, tetapi tiga tahap pembelajaran yang paling penting adalah akuisisi, elaborasi dan formasi memori (Eric Jensen, Brain Based Learning, 2008).
Akuisisi. Definisi neurologis dari akuisisi adalah memformasikan koneksi sinaptik baru. Badan sel dari neuron yang bercabang-cabang seperti kumparan di sebut dendrite dan proyeksi tunggal yang lebih panjang di sebut axon. Axon tunggal dari sebuah sel menjangkau keluar untuk berkoneksi dengan dendrit-dendrit jamak pada sel-sel lainnya. Koneksi ini terbentuk ketika pengalaman yang di alami bersifat baru dan koheren.
Oleh sebab itu, tahap akuisisi adalah sebuah tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron –neuron itu saling “berbicara” satu sama lain. Sumber akuisisi ini bisa meliputi diskusi, peralatan visual, stimuli lingkungan, pengalaman praktis, video, kunjungan ke museum, eksplorasi perpustakaan dan menonton televisi.
Elaborasi Tahap ini memberikan kesempatan kepada otak untuk menyortir, menganalisis, menguji dan memperdalam pembelajaran. Untuk mengetahui bahwa otak tetap menjaga koneksi-koneksi sinaptik yang di ciptakan dari pembelajaran baru, biasanya di perlukan elaborasi tambahan.
Jaringan neural terbentuk melalui cara coba-coba. Semakin banyak eksperimentasi dan umpan balik maka akan semakin baik kualitas neuron.Pembelajaran implisit dan eksplisit sangat berguna dalam tahap elaborasi. Contoh pembelajaran implicit yaitu simulasi, permainan peran, model peran, kunjungan lapangan, game-game, serta pengalaman langsung. Contoh pembelajaran eksplisit yaitu pemeriksaan oleh teman, tanya jawab, dan atau pemutaran video, pembelajaran tersebut dapat memberikan umpan balik yang sangat berharga bagi siswa.
Formasi Memori. Tahap ini mempunyai tujuan yaitu sebuah pembelajaran yang merekatkan, supaya apa yang telah di pelajari pada suatu hari masih tetap ada pada hari sesudahnya. Dengan kata lain memori otak di harapkan mempunyai memori penyimpanan jangka panjang (Longterm Memory). Kadang-kadang meskipun pembelajar telah berinteraksi dan bereksperimen, memori masih belumcukup kuat untuk diaktifkan kembali ketika di perlukan. Hal itu di pengaruhi oleh banyak factor, untuk membangkitkan kembali salah satunya yaitu dengan istirahat yang cukup.
Seorang peneliti dari Harvard University 1997, Bob Stickgold (dalam Eric Jensen, Brain Based Learning, 2008: 83) mengemukakan bahwa “waktu tidur dapat memengaruhi pembelajaran hari sebelumnya.” Jangan sampai mengurangi waktu tidur malam hari Anda, karena hal ini dapat mengganggu kemampuan ingatan pada hari berikutnya. Diyakini juga bahwa tidur memberikan otak Anda waktu untuk melakukan “perawatan perabotannya”.
Dalam pembelajaran, doronglah peserta didik untuk mendapatkan istitahat yang cukup di waktu malam. Berikan pada mereka kesempatan untuk bergerak disekitar ruangan, melakukan peregangan dan minum air. Berikan juga pada para pebelajar waktu-waktu santai untuk merelekskan otak agar selalu optimal dalam pemanfaatannya.

Individu Anak sebagai Pribadi Pebelajar adalah Pribadi yang Unik
Siswa merupakan individual yang unik artinya tak ada dua orang atau lebih yang sama-sama mirip, antara siswa satu dengan yang lainnya memiliki cirri khusus tersendiri atu karakteristik. Perbedaan itu terlihat dari karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
Karakteristik tersebut berpengaruh pada cara dan hasil belajar pebelajar (siswa). Oleh karena itu, perbedaan tersebut perlu menjadi perhatian khusus bagi seorang pendidikdalma kegiatan pembelajaran. Metode klasik yang dilakukan saat ini masih kurang memperhatikan masalah perbedaan individual. Biasanya pebelajr (siswa) dianggap mempunyai kemampuan yang sama atau rata-rata kelas. Padahal, anak mempunyai ciri khas tersendiri, ada yang sudah benar-benar matang, ada yang setengah dan ada pula yang belum matang atau yang hanya ingin bermain-main saja ketika pembelajaran karena belum siap.
Dalam pembelajarn klasik yang kurang memperhatikan perbedaan individual tersebut dapat diperbaiki dengan berbagai cara. Gunankan metode dan startegi yang bervariasi sehingga perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani. Gunakan pula media pembelajaran yang membantu melayani perbedaan siswa dlam cara belajar. Berikan tanbahan pelajaran dan bimbinagn pelajaran bagi siswa yang kurang. Selain itu, dalam memberiakn yugas harus disesuaikan dengan minat da kemampuan siswa, sehingga bagi siswa yang pandai, sedang dan atau kurang pandai akan merasakan berhasil dalam belajar.

B.            Pengertian Inovasi Pembelajaran
Di zaman modern sekarang ini, telah terjadi perubahan-perubahan di segala bidang, teknologi, informasi, komunikasi dll. Dalam bidang pendidikan pun juga tak mau ketinggalan di adakannya perubahan atau inovasi.
 Kata “inovasi” sendiri berasal dari Bahasa Inggris yaitu “Innovation” yang artinya segala hal yang baru atau pembaharuan. Sedangkan secara harfiah, “inovasi adalah suatu ide, hal-hal paraktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diambila atau dirasakn sebagai suatu yang baru bagi seseoarang atau kelompok orang (masyarakat)” (Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D., Inovasi Pendidikan, 2008: 5).
Di dalam istilah inovasi (innovation), juga terdapat istilah lain yang masih erat hubungannya dengan inovasi. Istilah itu adalah invention dan discovery.
Invensi (invention) adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia”  (Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D., Inovasi Pendidikan, 2008: 3). Misalnya penemuan seorang ilmuan Alexander Graham Bell telah menciptakan telepon.
Diskoveri (discovery) adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang di temukan itu sudah ada, tetapi belum di ketahui orang”  (Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D., Inovasi Pendidikan, 2008: 3). Misalnya penemuan bunga bangkai di Sumatra. Sebenarnya bunga bangkai itu sudah ada sejak lama tetapi baru di temukan oleh Raflesia Arnoldi. Maka di katakana Arnoldi menemukan bunga bangkai, artinya Arnoldi adalah orang pertama yang menemukan bunag itu.
Pembelajaran merupakan sebuah istilah yang kadang di perdebatkan oleh para ahli, terutama dikalangan para guru. Mereka ada yang berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu kata yang  hanya terdapat dalam bidang pendidikan masyarakat, bukan di lingkungan sekolah. Ada yang berpendapat juga pembelajaran tidak hanya berlaku dalam pendidikan melainkan dalam pelatiahn atau upaya pembelajaran diri. Tetapi pada intinya pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadimay proses belajar pada siswa.
 Dari definisi inovasi dan pembelajaran tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa pengertian Inovasi Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang ubtuk menciptakan sesuatu hal yang baru dlam proses belajar agar pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran secar aktif, kreatif, efektif dan inovatif.

Kebaruan Pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran disini, kebaruan pembelajarannya yaitu pembelajaran melalui internet (Electronic Learning).  Menurut Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.,( Inovasi Pendidikan, 2008: 185) “Electronic Learning adalah upaya menghubungkan pembelajar denagn (siswa dengan sumber belajr(data base, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauahan)“.
Melalui pembelajaran E.Learning ini para pebelajr bias mendapatkan informasi secar cepat, juga fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual dan interaktif. Saat ini, banyak kalanagn pendidikan yang mulai mellirik untuk menggunakan E.Learning dalam proses belajarnya, karena dianggaap lebih efektif dan efisien.
Jika akan memanfaatkan internet sebagai media pemelajaran dalam aturan sekolah, menurut  Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.,( Inovasi Pendidikan, 2008: 190-191) ada beberapa hal yang perlu di perhatikan:
1.         Faktor lingkungan yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan dan masyarakat
2.         Siswa atau peserta didik meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan bahasa dan berbagai gaya belajarnya
3.         Guru atau pendidik meli[uti latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman dan personalitinya
4.         Faktor teknologi meliputi computer, perangkat lunak, jarinagn. Koneksi internet dan berbagai kemampuan yang di butuhkan berkaitan dengan penerapan inetrnet di lingkungan sekolah.


C.           Konsep Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajarn adalah peristiwa yang sangat berkaitan eratm saling berhubungan dan tak dapat terpisahkan. Dimana seseorang yang belajar pasti telah terjadi pembelajaran dalam dirinya.
Banyak para ahli yang mempunyai pandangan berbeda-beda mengenai belajar (dalam Dr.Dimyati dan Drs.Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, 2009: 9-16), yaitu sebagai berikut:
1.      Skinner  menyatakan bahwa “belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun”.
2.      Gagne menyatakan bahwa “belajar adalah kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.”
3.      Piaget  menyatakan bahwa “pengetahuan di bentuk oleh individu. Sebab individu ,melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungannnya. Lingkunagn tersebut mengalamai perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkunagn maka fungsi intelek semakin berkembang”.
4.      Rogers  menyatakan bahwa “praktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut di tandai oleh peran serta guru yang dominan dan siswa hanya menghafal pelajaran”. Karena hal yang terjadi dalam diri siswa adalah demikian, roger menyarankan agar dalam acara pembelajaran, siswa memperoleh kepercayaan diri untuk mengalami dan menemuakn secara betanggung jawab.
Sedangkan menurut Harun Setyo Budi, M.Pd., menyatakan bahwa “belajar adalah tindakan untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap. Pembelajaran adalah usaha membangun  proses dengan mewujudkan tindakan untuk mencapai hasil belajar ”.
Dari pengertian dan pandangan mengenai belajar tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu kegiatan, tindakan dan perilaku seseorang agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan tujuan memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Menurut Dr.Dimyati dan Drs.Mudjiono, ( Belajar dan Pembelajaran, 2009: 25), manfaat belajar bagi siswa dapat dilihat dari ranah-ranah kognitif, psikomotor dan afektif siswa. Pada ranah kogniitf siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, melakukan analisis dan evaluasi. Pada ranah afektif, siswa dapat melakukan penerimaan partisiopasi, mementukan sikap dan membentuk pola hidup.Pada ranah pskomotorik, siswa dpat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan kompleksmembuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerak-gerak baru.


Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Dr.Dimyati dan Drs.mudjiono , ( Belajar dan Pembelajaran, 2009: 42-49), menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar adlah sebagai berikut:
1.         Perhatian dan Motivasi. Perhatian dan motivasi mempunyai peran yang penting dalam belajar. Perhatian dalam diri siswa dapat muncul jika bahan pelajaran ssesuai dengan kebutuhannya. Motivasi merupakan salah satu tujuan, factor dalam mengajar. Jika kita memberikan motivasi besar pada siswa untuk belajar maka, siswa akan bersemangat untuk megikutinya.
2.         Keaktifan. Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adlah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, sesuai kemauannya sendiri. Belajar tak dapat dipaksakan juga tak dapat dilimpahkan pada orang lain.
3.         Berpengalaman. Edgar Dale (dalam Dr.Dimyati dan Drs.mudjiono , Belajar dan Pembelajaran, 2009: 45) mengemukakan bahwa “belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung .” Siswa tak sekadar mengamati secara langsung tetapi juga menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4.         Pengalaman. Menurut teori Psikologi Daya (dalam Dr.Dimyati dan Drs.mudjiono , Belajar dan Pembelajaran, 2009: 46) “belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada menusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan dan berfikir.” Denagn adanya pengulanagn maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau jika terus di asah maka akan semakin tajam.
5.         Tantangan. Dalam kegiatan belajar pasti siswa ingin mencapai tujuan yang akan dicapai, tetapi selalu mendapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar. Untuk mengatasinya, siswa mempelajari bahan belajar itu. Bila hambatan telah di atasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam tantangan baru dan tujuan baru.
6.         Balikan dan Penguatan. Dalam prinsip ini terkandung teori Law of Effect dari Thorndike. Siswa akan belajar lebih bersemangat bila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Bila hasil yang baik itu merupakan balikan yang menyenangkan dari hasil baik itu akan menguatkan siswa untuk usaha belajar selanjutnya agar tetap menjadi lebih baik.
7.         Perbedaan Individual. Setiap siswa satu dengan yang lain mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Maka dari itu, sebagai pendidik harus melayani mereka dengan cara yang berbeda-beda pula. Jangan di sama ratakan antara anak yang pandai, kurang dan atau tidak pandai.
Prinsip-prinsip belajar tersebut adalah sebagian kecil dari prinsp belajar yang ada. Mungkin Anda semuanya bisa menemukan prinsip terbaru yang muncul dalam pembelajaran.Kenyataan bahwa dalam satu kegiatan pembelajaran terdapat lebih dari satu prinsip belajar yang tampak, hal ini menuntut guru untuk benar-benar menguasai dan terlebih untuk dapat mewujudkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan pembelajaran.
Semoga dengan adanya inovasi pembelajaran dapat memotivasi pihak pendidikan baik itu guru maupun peserta didik untuk lebih maju. Mari kita terus tingkatkan pendidikan di Indonesia ini agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Tulisan ini sebuah pelatihan untuk diri saya dalam hal belajar menulis, agar kelak nanti dapat menulis yang lebih baik lagi, bila banyak kekurangan saya mohon maaf karena saya hanya manusia biasa,
Wa’alaikumsalam wr.wb. Salam sejahtera selalu,

Sumber:
Udin Syaefudin.2008.Inovasi Pendidikan.Bandumg:Alfa Beta.
Jensen,Eric.2008.BRAIN-BASED LEARNING.Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.
Dr.Dimyati dan Drs.Mudjiono.2009.BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.Jakarta:RINEKA CIPTA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar