Senin, 18 Oktober 2010

widuri tyas/K7109203/28/3B

Konsep Inovasi Pembelajaran (KD IP 1)



Apa alasannya pembelajaran perlu inovasi?

Zaman modern selalu menuntut kita beradaptasi dengan hal-hal yang baru di sekitar kita. Segala kebutuhan, cara, dan situasi lama sudah tidak efektif dan efisien dalam memecahkan masalah yang timbul sekarang. Di dalam bidang pendidikan, strategi strategi pembelajaran juga perlu adanya perubahan untuk meningkatkan kuallitas pendidik dan peserta didik.

Perubahan itu dapat di mulai dari cara berpikirnya pendidik mengenai aspek penting di dalam diri peserta didik dan lingkungannya. Jika zaman dulu pendidik berfungsi untuk menyampaikan semua materi dan kurang memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar dengan caranya sendiri , sekarang semua itu harus di minimalkan. pendidk harus memiliki keterampilan memberi stimulus terhadap peserta didik dan memahami bagaimana otak peserta didik bekerja. Dengan cara itu pendidik lebih mudah menciptakan kondisi dimana otak peserta didik dapat terangsang untuk berpikir. Guru sebaiknya membuat penghalang dalam belajar supaya dengan kesulitan tersebut peserta didik lebih memahami masalah dan membentuk kesigapan serta kemandirian dalam belajar. Perubahan dalam berpikir seperti ini mencerminkan pendekatan berbasis kemampuan otak. Konsep yang harus kita ketahui sebagai pendidik bahwa otak dapat belajar secara optimal jika lingkungannya kondusif terhadap bagaimana otak saat paling baik untuk belajar.

Pendidik dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis otak, bisa di lakukan dengan berbagai permainan. Misalnya dalam mengenalkan operasi lambang bilangan, pendidik membuat permainan “Mesin Hitung”. Cara bermainnya yaitu seorang siswa memasukan satu angka misal 6 ke dalam satu bagian mesin yang diatur dengan operasi perkalian 2(6×2) kemudian pengolahan selanjutnya dengan pembagian 3(12:3) maka tahap terakhir guru menanyakan berapa bilangan yanng keluar dari mesin dan bagaiman menuliskan lambangnya. Dengan cara seperti itu siswa tertarik untuk menjawabnya dan mencoba permainan variasi lain.

Dalam pembelajaran hendaknya pendidik menggunakan metode pendekatan individual. Maksud dari pendekatan ini supaya guru dapat memahami tiap peserta didiknya baik kemampuan, minat, bakat, dan juga membantu menyelesaikan masalah anak. Bila di lihat dari kemampuan peserta didik, ada yang cepat menangkap pesan, ada pula yang lambat menerima pesan yang di berikan guru. Di sini guru harus lebih bersabar dan pelan dalam memahamkan murid dan memanfaatkan murid yang cepat menangkap pelajaran untuk menjadi tutor bagi temannya. Bila pembelajaran yang di lakukan secara teratur dan beraturan, niscaya di dalam otak mereka terbangun banyak konsep mengenai materi yang di peroleh dan lama-kelamaan dapat meresap kedalam pola perilaku mereka.

Sebagai pendidik harus mengerti bahwa tiap peserta didik merupakan pembelajar unik karena memiliki tipe kepribadian, gaya belajar, dan volume otak yang berbeda-beda. Macam perbedaan itu bisa di latar belakangi oleh perbedaan faktor genetik maupun lingkungan sekitar. Keberadaan individu dalam lingkungan sekitar membuat mereka menemukan berbagai pengalaman yang mempengaruhi persepsi dalam otaknya sehingga memunculkan perbedaan pendapat terhadap hal yang mungkin bertema sama. Selain itu juga volume otak tiap individu berbeda sehingga menimbulkan perbedaan banyak sedikitnya informasi yang di peroleh dan cepat lambatnya memecahkan masalah. Sebelum menerapkan inovasi dalam pembelajaran, kita perlu mengetahui inovasi terlebih dahulu.

Apa Itu Inovasi?

Inovasi merupakan pembaharuan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang berbeda dengan kebudayaan yang telah ada. Pembaharuan itu tidak mesti hal yang benar-benar baru tetapi memberikan pemahaman kepada orang lain juga m erupakan pembaruan, walaupun bagi orang lain sudah tidak baru lagi. Inovasi dalam pendidikan bisa di lakukan dengan merombak kembali hal yang dianggap kurang efektif dan efisien menjadi lebih teratur,terantisipasi segala masalah yang akan timbul.

Di dalam inovasi terdapat dua macam penemuan yang kita kenal dengan diskoveri dan invensi. Diskoveri merupakan penemuan yang sebenarnya sudah ada namun belum di kenal orang sedangkan invensimerupakan penemuan yang benar-benar baru dri hasil kreativitas manusia, belum ada penemuan sebelumnya. Prof. Dr. Anna Poejadi (2001) memberikan contoh diskoveri dalam hukum ipa. Pandangan Geosentrisme dari ptolomeus yang menyatakan bahwa bumi merupakan pusat tata surya digantikan oleh Copernicus yang menyatakan matahari sebagai pusat tata surya yang kita kenal dengan heliosentris. Nicolas Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bulan mengelilingi matahari dan bumi dan semua planet mengelilingi matahari. Penemuan ini mengubah Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap planet. Data pengamatan kemudian membuat Johannes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum kepler. Ketiga contoh ini merupakan pembuat diskoveri. Sedangkan contoh invensi adalah penemuan Thomas Alfa Edison tentang penemuan bola lampu pijar.

Linton menyatakan bahwa gerak kemajuan kebudayann masyarakat lebih di tentukan oleh inventor daripada diskoveri. Hal ini menyebabkan inventor memiliki kedudukan penting bagi berlangsungnya perubahan dan kemajuan. Jika di terapkan dalam pendidikan mak guru sebaiknya mengasah kemampuan untuk bisa menjadi inventor dalam pembelajaran yang dapat berdampak bagi kemajuan pendidikan. Untuk itu guru harus mamahamibenar-benar arti belajar bagi murid, makna pembelajaran dan perbedaannya dengan pengajaran yang sering di lakukan.

Apa itu Belajar Dan pembelajaran?

Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku yang membutuhkan waktu (tidak instan) dan bersifat permanen. Banyak orang yang berpandangan salah mengenai belajar, yang cenderung di artikan dengan menghafal dan melakukan kegiatan mencatat di sekolah. Padahal sebenarnya belajar tidak hanya kegiatan yang selalu menegangkan, formal, dan menghadap buku pelajaran. Orang yang sedang membuat masakan baru juga dapat dikatakan sebagai belajar. Individu yang sedang mengobrol dengan temanya dan bermain catur juga disebut belajar karena ia sedang melakukan sosialisasi. Jadi belajar itu sulit didefiniskan secara pasti karena segala tindakan kita dari yang belaum bisa menjadi bisa atau yang belum tahu menjadi tahu dan perubahanya berlangsung lama. Tetapi tindakan yang hanya berdampak pada perubahan sesaat saja dikarenakan emosi maka bukan disebut belajar. Belajar dapat berdampak pada perubahan tingkah laku menjadi buruk maupun baik tergantung proses dan lingkunganya. Hasil belajar tidak akan bisa kita capai jika dala diri kita tidak mengalami proses belajar. Hal yang menjadi acuan dari proses belajar diantaranya belajar merupakan interaksi anak dengan lingkungan. Pengetahuan dan pengalaman baru anak didapat dari masyarakat, akan merangsang anak untuk berpikir bagaimana cara dia diterima dalam masyarakat dan mendorong tindakan bersosialisasi dan berkomuniksi dengan baik. Belajar tanpa tindakan merupakan perbuatan sis-sia karena tanpa perbuatan ia tidak bisa menghayati materi secara nyata dan tidak sigap dalam memecahkan masalah serta menyimpanya ke dalam memori jangka panjang di otaknya.

Tindakan belajar anak tidak terlepas dari cara bagaiman ia mendapat pengetahuan. Dalam proses mendapat pengetahuan di sekolah terdapat dua istilah yang sangat berbeda yang dilakukan guru yaitu pembelajaran dan pengajaran. Bila pengajaran, guru memberikan semua materi kepada murid sehingga mereka kurang dilibatkan secara aktif dalam mencari informasi baru dan berpikir cara lain dalam memecahkan masalah. Pengajaran kurang sesuai untuk memanusiakan peserta didik. Sedangkan pembelajaran merupakan pemberian stimulus dan arahan dari guru supaya murid aktif mencari pemahaman tentang hal yang berhubungan dengan pendalaman materi. Pada saat aktif mencari pemahaman materi, mereka terlibat secara aktif fisik yang terwujud dalam aktifitas bereksperimen dan mentalnya yang diwujudkan dalam cara berpikirnya untuk mememcahkan masalah. Pada intinya pengajaran berpusat pada guru sedangkan pembelajaran berpusat pada keaktifan murid.

Jadi marilah kita sebagai calon guru dapat belajar bagaimana cara memahami calon peserta didik kita dalam cara mereka berpikir dan bertindak sesuai kepribadian anak secara individu.

RUJUKAN:

Agus Suprijono. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009

Dimyanti dan Mudjiono. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka cipta, 2009

Hill, F. Wilfred. Theory of learning. Terjemahan Teori-teori Pembelajaran .Bandung: Nusa Media, 2009

Jensen, Eric. Brain Based Learning. Terjemahan Pembelajaran Berbasis Otak. Yogyakarta: pustaka pelajar,2007

Udin Syaefudin. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar