Selasa, 19 Oktober 2010

Yuni Ambarsari/k7109215/33/3B

MAKALAH KD 1
INOVASI PEMBELAJARAN
A. Kemengapaan Inovasi Pembelajaran
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu menyikapi peruubahan zaman tersebut dengan pembaharuan-pembaharuan yang mampu menjawab kebutuhan peserta didik, perkembangan zaman, dan kondisi. Timbulnya inovasi dalam pembelajaran disebabkan oleh persoalan dan tantangan yang perlu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan progresif.
B. Kajian Post Modern Teori Otak dan Implementasinya
Setiap otak itu unik dan mempunyai karakteristiknya sendiri. Otak merupakan organ tubuh manusia yang paling kompleks dan mengandung seratus miliar sel. Otak manusia mempunyai bagian-bagian berbeda yang bertugas menjalankan berbagai fungsi mental, berpikir, saksualitas, memori, pertahanan, emosi, dan kreatativitas. Otak mempunyai empat bagian yaitu otak besar (cerebrum), otak tengah, otak kecil (cerebellum), dan sel-sel otak.
Beberapa peneliti mengemukakan bahwa otak mulai kehilangan sel-selnya sejak manusia itu dilahirkan, akan tetapi kekenyalan otak dan volume otak akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Otak manusia memiliki bagian terbesar dari korteks yang tidak memiliki fungsi tertentu dibandingkan dengan spesies lainnya dibumi ini, kesemua itu memberikan fleksibilitas dan kapasitas yang luar biasa bagi otak manusia untuk belajar. Hal ini menegaskan kepada kita bahwa tidak ada alasan untuk berhenti belajar.
Teori otak mengulas tentang bagaimana menciptakan iklim pembelajaran yang berbasis pada kemampuan otak peserta didik. Selama ini banyak yang mengabaikan kemampuan otak serta bagaimana membuat otak lebih aktif dan menjadikannya acuan dalam belajar. Otak mempunyai dua sistem penyimpanan memori yaitu long term memory (penyimpanan memori jangka panjang) dan short term memory (penyimpanan memori jangka pendek). Dimana informasi yang diterima otak terlebih dulu disimpan di short term kemudian akan disimpan di long term, dalam penyimpanan ini memori sulit hilang dan apabila dibutuhkan akan teringat kembali, lain halnya di sort term memory gampang hilang dan terlupa.
Pembelajaran berbasis kemampuan otak dengan pembelajar bukan kontennya. Pelajarannya didasarkan pada menciptakan kondisi optimal untuk terjadinya pembelajaran yang alami. Pembelajaran yang kompleks merupakan sebuah proses yang merefleksikan dengan lebih baik cara otak manusia dirancang secara alami untuk belajar.
Gaya pembelajaran setiap orang berbeda-beda. Gaya pembelajaran ini didasarkan pada pengamatan perilaku atau psikologi daripada neurobiologi. Richard Restak, Ph.D. (1994) mengatakan bahwa”interaksi yang dinamis dari aktivitas neural di dalam dan diantara sistem merupakan fungsi otak yang sangat penting.” Karl Pribram,Ph.D.(1979) mengatakan bahwa otak mempunyai “kecenderungan holografik antara fungsi-fungsinya, termasuk input sensori, yang bekerja dalam kombinasi yang paralel”. Dengan demikian, otak kita adalah multiprosesor; dan meskipun seorang pembelajar memiliki preferensi pada gaya belajar tertentu, penelitian tentang otak mengemukakan bahwa otak memproses informasi pada berbagai tingkatan dan dari berbagai sumber.
Otak berkembang sesuai dengan lingkungannya. Lingkungan yang diperkaya dapat meningkatkan pertumbuhan otak. Arnold Scheibel, Ph.D., direktur The Brain Research Institute di University of Calivornia, Los Angeles (1994) mengatakan, “Aktivitas-aktivitas yang tak biasa adalah sahabat terbaik bagi otak” Fakta otak begitu terstimulasi oleh kebaruan mungkin adalah sebuah respon untuk menyelamatkan diri. Segala sesuatu yang baru mungkin mengancam bagi status quo, sehingga mengandung bahaya potensial. Akan tetapi, begitu kita menumbuhkan kebiasaan pada sebuah lingkungan atau situasi, maka ia akan menjadi rutinitas dan formasi yang berjejaring di dalam otak kita mulai beroperasi pada level yang lebih rendah. Begitu stimuli yang baru dan menyegarkan diperkenalkan kembali, formasi jaringan menjadi disiagakan kembali dan otak terstimulasi untuk tumbuh.
Lingkungan yang diperkaya (baik mental maupun fisik) memang penting,tetapi ada hal lain yang sama pentingnya. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkemuka dibidang otak Santiago Ramon Y Cacal (1988) telah menekankan bahwa otak memburuhkan umpan balik dari aktivitasnya sendiri untuk pembelajaran yang optimal.
Stimulus-respon tidak harus dari guru tapi bisa juga dari diri peserta didik. Misalnya, mendorong stimulus-respon dari diri peserta didik sendiri dan memacu kegiatan berpikir adalah dengan membuat supaya para pembelajar merefleksikan dan merekam persepsi mereka sendiri pada kaset. Mengkaji pada proses pemikiran perasaan, dan pengorganisasian dapat menjadi sarana yang sangat bermanfaat bagi perkembangan otak kita sebagai makhluk penyelesai masalah dan pemikir. Umpan balik yang paling baik adalah yang bersifat langsung, positif, dramatis, spesifik dan langsung.
C. Individu sebagai pribadi yang unik
Sesuai dengan konsep anak sebagai individu, perkembangan juga merupakan suatu proses yang sifatnya menyeluruh. Maksudnya bahwa perkembangan itu tidak hanya terjadi dalam aspek yang saling terjalin satu sama lain. Menurut Santrock dan Yussen, 1992: Seifert dan Hoffnung, 1991, secar a garis besar perkembangan individu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu proses biologis, kognitif, dan psikososial.
Proses biologis mencakup perubahan – perubahan yang terjadi pada diri individu, seperti pertumbuhan otak, saraf, sistem saraf, struktur saraf, hormon dan sejenisnya. Proses kognitif melibatkan kemampuan dan pola berpikir, kemahiran dalam berbahasa, serta cara individu tentang bagaimana memperoleh pengetahuan. Perkembangan kognitif anak dan pengelaman belajar mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling berpengaruh satu sama lain. Yaitu proses perkembangan kognitif anak akan memfasilitasi atau bahkan membatasi kemampuan belajar anak, dan sebaliknya pengelaman belajar akan sangat memfasilitasi perkembangn kognitifnya. Sedangkan proses psikososial melibatkan perubahan – perubahan dalam aspek perasaan, emosi,dan kepribadian individu serta cara yang bersangkutan berhubungan dengan orang lain. Contoh dari proses psikososial yaitu adanya perilaku agresif saat bermain bersama teman, rasa percaya diri dan keberanian anak serta hubungan pertemanan anak terhadap teman bermain. Oleh karena itu, individu disebut sebagai prbadi yang unik karena individu menjadi pribadi yang utuh, tunggal dan khas.
D. Inovasi Pembelajaran
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention atau discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Invensi (invention) adlah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia.
Inovasi pembelajaran adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan, khususnya pembelajarannya.
Kebaruan pembelajaran ialah proses perubahan dalam dunia pendidikan dari cara pembelajaran yang lama atau tradisional ke cara pembelajaran yang baru atau modern.
Inovasi dalam pembelajaran di lapangan saat ini misalnya inovasi pembelajaran kuantum, inovasi pembelajaran kompetensi, inovasi pembelajaran kontekstual dan yang baru-baru ini muncul ialah inovasi pembelajaran melalui teknologi informasi yaitu internet.
1) Inovasi Pembelajaran Kuantum
Inovasi pembelajaran kuantum, model pembelajran ini dikembangkan oleh Bobby DePorter (1992). pembelajaran kuantum adalah salah satu model, strategi dan pendekatan pembelajran yang mengkonsentrasikan pada keterampilan guru dalam mengelola pembelajran. Konsep, asas, prinsip, dan strategi dari pembelajaran kuatum merupakan aspek-aspek yang harus dipahami guru dalam mengimplementasikan model pembelajran di sekolah dsar agar konteks dan kontens pembelajran yang bergairah menyenangkan, dan mempermudah belajar siswa.
Asas utama pembelajaran kuantum adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Subjek belajar adalah siswa yang memiliki modalitas yang harus difasilitasi oleh guru, sehingga guru harus berupaya terlebih dahulu untuk memahami potensi siswa sebagai sebagai subjek belajar.
Prinsip pembelajran kuantum terdiri dari : segalanya berbicara,segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan merupakan konsep utama pembelajran untuk mewujudkan energi guru dan siswa dalam percepaan belajar, mempermudah belajar dan mengikis hambatan belajar tradisional. Mengembangkan strategi pembelajaran kuantum melalui filosofis TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa, motivasi dan minat siswa, dan meningkatkan kehalusan perilaku siswa.
Rancangan pembelajran kuantum yang dapat dikembangkan terdiri dari tiga bagian meliputi : pengembangan konteks, pengembangan konten, dan pengembangan strategi atau pendekatan pembelajaran. ketiga domain tersebut secara sinkron menyertakan unsur-unsur asas, prinsip, modalitas dan AMBAK. Dimensi pengembangan konteks pembelajaran kuantum yaitu suasana belajar yang menyenagkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Keempat unsur ini merupakan interaksi kekuatan yang mendukung kesuksesan belajar yang optimal.
2) Inovaso Pembelajaran Kompetensi
Pembelajaran kompetensi menunjukan pada usaha siswa mempelajari bhan pelajaran sebagaia akibat perlakuan guru dalam mengelola pembelajran yang menekankan pada kemampuan dasar yang dilakukan siswa pada tahap pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Pembelajran kompetensi menekankan pencapaian standar kompetensi yang diurai menjadi kemampuan dasar yang diurai menjadi beberapa materi pelajran yang cakupanya beberapa indikator. Prinsip-prinsip pembelajran kompetensi bertitik tolak kepada pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan suatu kondisi dapat terjadi proses belajra pada siswa dengan melibatkan berbagai aspek yang mempengaruhinya baik yang terdapat dalam diri siswa maupun sesuatu yang berada pada lingkungan sekitarnya serta peranan guru.
Pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan pembelajran lainnya, seperti apa yang dipelajari siswa, bagaimana proses pembelajaran, waktu belajar, dan kemajuan belajar siswa secara individual. Untuk pengelolaan kegiatan pembelajaran, kompetensi harus dipertimbangkan pengelolaan ruang kelas, pengelolaan siswa, pengelolaaan pembelajaran, strategi kegiatan belajar mengajar, sarana dan sumber belajar. Pendekatan pembelajaran kompetensi dapat dilakukan melalui pembelajaran bermakna dan tematik. Kedua pendekatan ini dapat dikembangkan dengan tetap menyesuaikan terhadap tingkatan kematangan belajar anak.
3) Inovasi Pembelajran Kontekstual
Pemebelajaran kontekstual (CTL) merupakan suatu model pembelajran yang menekankan keterlibatan siswa setiap tahapan pembelajran dengan cara menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang dialami siswa sehari-hari sehingga pemahaman materi diterapkan dalam kehidupan nyata. Karakteristik CTL adalah pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal melainkan untuk diyakini dan dan diterapkan, memperaktikan pengalaman kehidupan pengalaman dalam kehidupan nyata, melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual meliputi tiga prinsip utama, yaitu saling ketergantungan (interdependence), diferensiasi ( differentiation ), dan pengorganisasian diri (self organization). Prinsip-prinsip pembelajran kontekstual berbeda dengan pembelajran konvensional, terutama dalam hal peranan siswa, peranan guru, proses pembelajran dan tujuan belajar. Seluruh komponen pembelajran kontekstual menekankan aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental. Menempatkan peran siswa selain sebagai subjek pembelajran juga latar belakang kehidupan, kemampuan, pengalaman belajar, pengelompokan belajar, dan tujuan belajar faktor siswa selalu dipertimbangkan.
Komponen-komponen pembelajran sebagai asas CTL dalam menerapkan pola pembelajaran meliputi asas kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian nyata. Keseluruhan komponen ini dipertimbangkan dalam langkah-langkah pembelajran kontekstual yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup, baik pelaksanaan di lapangan maupun di kelas.


4) Konsep Pembelajaran Elektronok Learning
Pemanfaatan teknologi informasi baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajran merupakan salah satu cara yang diharapkan efektif menanggulangi kelemahan persoalan pembelajran yang masih bersifat konvensional. Dengan menggunakan teknologi informasi diharapakan terjadi interaksi pembelajaran antara siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar lebih komunikatif. Melalui berbagai model pembelajran yang ditawarkan diharapkan terbentuk interaksi belajar siswa yang tidak hnaya menekankan pada proses pemanfaatan namun pencarian, penelitian atau penggalian berbagai sumber belajar sehingga terbentuk cara berfikir yang lebih konprehensif dan terintegrasi. Melalui interaksi tersebut diharapkan ada peningkatan dalam keterampilan berpikir, keterampilan berinteraksi serta keterampilan ideal lainnya. Hal ini dapat dilakukan manakala dukungan yang berasal dari lembaga, guru, siswa, masyarakat dan teknologi berkontribusi positif terhadap penyelenggaraan pembelajran bebasis tekonologi informasi.
E. Konsep Belajar dan Pembelajaran
konsep belajar dan pembelajaran berarti cara atau sistematika bagaimana sebaiknya peserta didik belajar dalam proses pembelajaran dan upaya guru dalam memberikan pembelajaran.
Konsep Belajar
Pakar psikologi melihat prilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat prilaku belajar sebagai proses psikologis paedagogis yang dtakitandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan. Pengertian belajar yang cukup kompeherensif diungkapkan oleh Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, ketrampilan, and sikap. Ketiganya diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Kemampuan belajar inilah yang memebedakan manusia dengan makhluk lainnya. Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai, dan sikap, serta ketrampilan.
Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan nasional konsep belajar harus diletakan secara substantif-psikologos terkait pada seluruh esensi tujuan pendidikan nasional mulai dari iman dan takwa kepada Tuhan YME, akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadiwarga negara yang demokratis dan bertanggung jawab yang seyogyanga dilakukan dalam rangka pengembangan kemampuan peserta didik.
Ciri-Ciri Belajar
Pertama, beljar harus memungkinkan terjadinya perubahan prila pada individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai serta ketrampilan. Kedua, perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubhan tingkah laku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi ant ra diriny dengan lingkungannya. Misalnya, seorang anak akan mngetahui bahwa api itu panas setelah menyentuh api yang menyala pda lilin. Ketiga, perubahan tersebut relatif tetap. Perubahan prilaku karena minum-minuman keras, obat-obatan terlarang, dan yang lainnya tidak dapat dikategorikan sebagai prilAku hasil belajar.
Jenis-Jenis Belajar
Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne (1985) mengemukakan delapan jenis belajar, yaitu: Pertama, belajar isyarat (Signal learnnig). Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat, misalnya berhenti berbicara ketika mendapat isyarat telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut. Kedua, belajar stimulus respon. Ini terjdi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar, misalnya mengerjakan tugas ketika diberi tugas oleh guru.
Ketiga, belajar rangkaian. Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan prilaku yang segera atau spontan, misalnya merah-putih, panas-dingin. Keempat, belajar asosiasi verbal. Ini terjadi bila individu mengetahui sebutan bentuk dan dapat menagkap makna yang bersifat verbal. Misalnya kereta api seperti hewan kaki seribu. Kelima, belajar membedakan. Belajar deskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang jumlahnya banyak. Misalnya, membedakan pakaian adat berdasarkan daerah asalnya, membedakan hewan berdasarkan jenis makananya. Keenam, belajar konsep. Ini terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak. Misalnya binatang, manusia, dan tumbuhan termasuk makhluk hidup; bintang, bulan,bumi, dan matahari merupakan benda-benda langit. Ketujuh, belajar hukum atau aturan. Ini terjdi bila individu menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang diberikan sebelumnya dan menerapkannya menjadi suatu aturan. Misalnya, ditemukan bahwa benda akan memuai bila dipanaskan. Kedelapan, belajar memecahkan masalah. Ini terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya mengapa harga bahan bakar minyak naik. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan berkaitan satu sama lain. Seorang individu tidak akan mamapu melakukan belajar pemecahan masalah apabila individu tersebut belum menguasai belajar aturan, konsep, membedakan, dan seterusnya.
Konsep pembelajaran
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar. Pembelajarn harus menghasilkan proses belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat.
Pembelajaran bisa terjadi di mana saja, dan kapan saja tidak dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu. Pembelajarn dapat terjadi melalui pendidikan formal dan non formal. Dalam konteks pendidikan formal yaitu pendidikan di sekolah, sedangkan dalam konteks pendidikan non formal pembelajaran terjadi di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat peserta didik.
Ciri utama pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ini menunjukan bahwa unsur kesengajaan dari pihak luar yaitu pendidik dalam suatu sistem merupakan ciri utama dari konsep pembelajaran. Ciri lain dari pembelajarn adalh adanya komponen-komponen seperti tujuan, materi, kegiatan dan evaluasi pembelajran yang saling berkaitan satu sama lain. Tujuan pembelajaran mengacu pada kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu pembelajaran. Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi metode serta teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Proses pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Pembelajaran yang Dikembangkan
Untuk memperluas pemahaman tentang model pembelajran terkait pada masing-masing jenis belajar, disini akan dikaji keterkaitan antara jenis belajar dengan pembelajaran.
Pembelajaran berorientasi pada proses belajar isyarat. Proses belajar yang seyogianya dirancang untuk mendukung belajar isyarat yang baik sekurang-kurangnya harus mencakup adanya isyarat, adanya komsep untuk memahami isyarat dan lahirnya perbuatan. Belajar melalui isyarat terjadi apabila peserta didik memiliki kemampuan secara refleks. Guna membantu siswa berhasil belajar melalui isyarat, dua hal yang dapat dilakukan guru adalah kedekatan dan pengulangan. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menanggapi tanda atau isyarat hendaknya tanda atau simbol yang dipelajari disajikan secara berdekatan dengan respon yang dikehendaki. Semakin sering tanda simbol dan tanggapan diulang semakin cepat siswa menanggapi tanda atau simbol yang disajikan.
Pembelajaran berorientasi pada proses belajar stimulus-respon. Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjdinya relasi antara stimulus dan respon dengan baik. Untuk itu maka stimulus harus benar-benar dpat memberi rangsangan. Pertanyaan yang singkat dan jelas akan dapat mengundang respon yang lebih baik daipada pertanyaan panjang yang berbelit-belit yang mungkin malah menyesatkan. Oleh karena itu guru harus mampu memilih rangsangan yang baik dan mampu memberi rangsangan yang baik. Untuk dapat melakukan proses belajr stimulus espon yang baik diperlukan hal-hal seperi; penampilan objek, peristiwa atau suasana yang menarik sehingga memungkinkan munculnya reaksi individu terhadap hal itu, misalnya gambar berwarna jauh lebih menarik daripada gambar hitam putih; dan individu yang memiliki kesiapan untuk memberikan reaksi terhadap pemebri rangsangan, reaksi yang diberikan tergantung pada kesiapan, pengalaman, dan kemampuan.
Pembelajaran berorientasi pada proses belajar rangkaian. Belajar rangkaian mengacu pada proses belajar yang tercipta karena adanya berbagai stimulus dan respon. Seseorang yang menerima berbagai stimulus dan selanjutnya memberi respon di dalam suatu konteks akandapat melakukan proses belajar rangkaian. Agar siswa berhasil dalam belajar rangkaian , kondisi internal yang harus ada antara lain setiap hubungan stimulus-respon yang ada dalam rangkaian harus dikuasai siswa. Seorang siswa yang sedang belajar menguncu pintu tidak akan berhasil sebelum menguasai cara memasukan kunci ke lubang kunci pada pintu. Untuk membantu siswa berhasil dalam belajar rangkaian, kegiatan pembelajaran haruslah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang urutan kegiatan dalam urutan yang tepat, menuntun siswauntuk melaksanakan satu rangkaian kegiatan tanpa waktu sela, serta memberikan penguatan kepada siswa yang telah menyelesaikan satu rangkaian kegiatan dengan tepat.
Pembelajaran berorientasi pada proses belajar asosiasi verbal. Belajar asosiasi verbal mengacu pada proses memahami informasi verbal yang menggambarkan konsep, prinsip, benda, siruasi dan lain-lain. Misalnya mengurutkan kata-kata secara alfabetis, menghafal doa-doa. Belajar asosiasi verbal akan berhaasil apabila peserta didik mempunyai informasi yng trorganisasi dalam sistem ingatannya. Untuk memungkinkan terjdinya proses belajr ini perlu dirancang proses pembelajran yang memiliki ciri-ciri seperti; memberikan konteks yang bermakna, hal ini bisa dilaksanakan dengan mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dikuasai siswa; mmberikan kesempatan pada siswa untuk mengulang informasi yang dipelajari; menyajikan informasi dalam urutan yang tepat; dan menjelaskan metode yang dapat digunakan untuk mengingat rangkaian informasi, misalnya singkatan suku kata pertama untuk mengingat warna-warna pelangi.
Pembelajaran berorientasi pada proses belajar membedakan. Pembelajaran ini mengacu pada proses belajar yang memahami suatu hal dengan cara melihat perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh subjek yang dipelajar. Dengan itu peserta didik dapat memahami benda, suasana, peristiwa, atau obyek lainnya yang ada di lingkungannya. Proses pembelajaranya yaitu; mengahadapkan peserta didik pada dua hal yaitu; menghadapkan peserta didik pada dua hal yang masing-masing memiliki karaktetistik khas; memberikan kemudahaan kepada siswa untuk memahami dua hal yang berbeda tersebut; menyajikan suasana yaang berisikan berbagai objek sehingga siswa dapat menerapkan pengertian tentang dua objek melalui proses klasifikasi; dan memberi jalan bagi peserta diddik untuk memantapkan hasil pemahamannya itu. Peserta didik akan mampu belajar membedakan apabila ia mampu mengingat dan mengulang kembali respon berbeda yang penting untuk menunjukan perbedaan. Misalnya, dalam belajar membedkan “lingkaran” dan “persegi panjang”, sebelumnya peserta didik harus sudah tahu bentuk benda tersebut.
Pembelajaran berorientasi pada proses belajar konsep. Misalnya konsep “manusia” dipelajari dengan cara melihat ciri-ciri manusia dibandingkan dengan non manusia misal binatang dan tumbuhan. Pemahaman tersebut selanjutnya digunakan oleh individu dalam memahami hl-hal yang sama yang lebih luasa lebih banyak. Suatu konsep terbentuk dalam pikiran individu malalui proses mengenal dan memahami ciri-ciri konsep atas dasar contoh dan non-contoh. Untuk membantu siswa berhasil dalam belajar konsep dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya; menyajikan konsep yang akan dipelajari baik secara lisan maupun non lisan; menyajikan contoh dan non-contoh ketika membahas konsep yang haus dikuasai peserta didik; apabila siswa telah menguasai konsep yang sedang dipelajari guru perlu memberikan penguatan kepada siswa.
Pembelajaran berorientasi pada proses belajar aturan. Belajar aturan mengacu pada proses belajar membangun prinsip atau aturan dengan menggunakan serangkaian fakta, data, peristiwa dan pengalaman yang telah diketahui atau dialami sebelumnya. Seorang siswa akan dapat mencapai tahapan aturan apabila siswa tersebut telah memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep. Seorang siswa akan memahami konsep bahwa setiap “benda bundar menggelinding” apabila siswa telah mempelajari konsep benda “bundar” dan “menggelinding”. Untuk membantu siswa belajar aturan secara optimal, guru perlu melakukan hal-hal seperti; mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk mengingat kembali konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya; menggunakan pernyataan verbal yang mengarahkan siswa terhadap aturan dan kaitannya dengan konsep yang telah dipelajari; dan guru meminta siswa untuk menunjukan contoh penerapan aturan.
Pembelajaran berorientasi pada proses belajar pemecahan masalah. Belajar pemecahan masalah mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah tersebut melalui proses berfikir yang sistematis dan cermat. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya mengajukan permasalahan yang menarik dalam arti masalah tersebut sesuatu yang baru dan belum pernah disampaikan kepada peserta didik. Masalah yang diberikan hendaknya sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik. Agar siswa berhasil dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya memberikan petunjuk yang jelas kepada peserta didik. Petunjuk tersebut dapat berupa bimbingan dan mengarahkan pemikiran siswa.
F. Kesimpulan
Timbulnya inovasi dalam pembelajaran disebabkan oleh persoalan dan tantangan yang perlu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan progresif. Maka dari itu munculah inovasi pembelaran yang merupakan suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan, khususnya pembelajarannya. Inovasi pembelajran sebaiknya diselaraskan dengan pembelajran berbasis otak dan memperhatikan juga keunikan yang dimiliki tiap individu sehinggar dapat terbentuk pembelajran yang sempurna dan fleksibel bagi semua individu. Inovasi pembelaran terdiri dari beberapa macam inovasi diataranya inovasi pembelajaran kuantum, inovasi pembelajran kontekstual, inovasi pembelajaran kompetensi dan inovasi pembelajaran melaui teknologi dan informasi melaui internet.

Sumber :
Udin Syaefudin, Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfa Beta, 2008.
Hill, F. Wilfred. Theories of Learning. Terj. Teori-teori Pembelajaran. Bandung: Nusa Media, 2009.
Jensen, Eric. Brain Based Learning. Terj. Pembelajaran Berbasis Otak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar