Senin, 18 Oktober 2010

yuni rahmawati, k7109216, 3 b, KD 1

KONSEP INOVASI PEMBELAJARAN

Kemengapaan Inovasi Pembelajaran

Perputaran dunia yang menuntut kemajuan semakin menggempar. Siapa pun yang tak mampu menyesuaikan diri akan tergepak jauh entah kemana. Kemajuan teknologi dan informasi membawa pengaruh dari berbagai aspek terutama aspek pendidikan. Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting sebagai modal untuk merajai dunia. Namun, terkadang manusia hanya terlelap dengan iming-iming tersebut tetapi lemah dalam kesadaran untuk berusaha. Mereka menginginkan jabatan, kedudukan, dan kekuasaan dengan hanya membeli pendidikan. Pendidikan dipandang sebagai formalitas untuk mendapatkan ijazah sehingga mereka masih menggunakan pola pikir rendahan. Mereka berlomba-lomba mengejar pendidkan di sebuah lembaga formal tertentu, akan tetapi tidak menunjukkan keseriusannya atau tidak peduli akan sebuah proses. Hafalan masih dianggap sebagai kebiasaan dan relevan dalam pembelajaran. Akibatnya, meskipun berpendidikan tinggi sekalipun, mereka masih seperti keranjang basket yang selalu diisi namun tak berbekas karena cara belajar menghafal hanya akan menghasilkan short memory. Inilah yang menjadi tantangan bagi seorang guru. Guru merupakan tonggak dari keberhasilan pendidikan. Untuk itu, guru harus mampu mengarahkan dan membimbing siswa sebagai manusia pembelajar yang akn menyerap dan menggali pengalaman sebanyak-banyaknya melalui proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Guru harus mampu mendesain kelas semenakjubkan mungkin agar mampu menjadi magnet bagi siswa untuk terus belajar secara sehat. Melalui suasana pembelajaran yang kondusif, guru akan dengan mudah melakukan penanaman moral sehingga peran guru sebagai agen perubahan dapat terimplementasikan dengan baik. Dengan demikian anak-anak bangsa selain cerdas juga memiliki benteng moral yang tangguh sehingga mampu menepis tindakan bangsat yang merusak bangsa.

Anak yang cerdas tentu akan mampu menggunakan benar-benar otaknya untuk berpikir secara alami untuk mengembangkan segala potensinya. Potensi belajar manusia sangatlah kaya. Saat proses pembelajaran melibatkan seluruh bagian tubuh, otak bertindak sebagai pos perjalanan untuk stimuli yang datang. Semua input sensori disortir, diprioritaskan, diproses, disimpan, atau dibuang ke dalam ruang bawah sadar sembari diproses oleh otak. Setiap detik sebuah neuron ataus el saraf dapt mencatat dan mentransmisikan antara 250 sampai 2500 impuls. Jika kemampuan transmisi ini digali dengan jumlah neuron maka estimasi yang akan didapat sekitar seratus juta. Otak manusia memiliki bagian terbesar dari korteks yang tak terikat dibandingkan spesies lain yang ada di muka bumi ini sehingga otak manusia untuk pembelajaran memiliki fleksibilitas dan kapasitas yang luar biasa. Semakin baru dan menantang stimulinya akan semakin baik otak mengaktifasi jalur barunya. Namun, jika stimuli tersebut dipertimbangkan sebagai sesuatu yang tidak berarti bagi otak, maka informasi tersebut akan mendapatkan prioritas rendah dan hanya menyisakan jejak yang lemah. Jika otak menganggap sesuatu yang cukup penting untuk ditempatkan dalam long therm memory, maka potensi memory pun terjadi.

Pada setiap tahap perkembangan, sejumlah gen tertentu dipengaruhi oleh faktor lingkungan tertentu yang merujuk pada jendela kesempatan untuk menerima pelajaran. Gen tidak membentuk pola pembelajaran, namun memperkaya kesempatan. Jadi tidak semua orang yang dilahirkan dari gen jenius selalu berkempatan menjadi sesosok yang jenius tanpa ada lingkungan yang mendukung dan menstimulasi secara intelektual. Di sisi lain, seseorang yang dilahirkan dari gen rata-rata, bisa saja menjadi manusia luar biasa disebabkan adanya dukungan dari lingkungan yang diperkaya.

Untuk itu, sebagai seorang guru harus sering melatih siswa untik bereksplorasi melalui rangsangan intelektual yang mampu memperdalam pemahaman dan memperkaya pengalaman sebagai modal untuk berpikir tingkat tinggi dalam rangka menggapai potensinya.

Selain dapat mendukung dan menstimulasi secara intelektual sehingga malahirkan sesosok jenius, lingkungan juga dapat mempengaruhi kekhasan seseorang yang sering disebut dengan nama kepribadian. Jadi dapat diketahui bahwa kepribadian merupakan suatu kekhasan dari diri seseorang bersumber dari bentukan-bentukan dari lingkungan sehingga menimbulkan kesan bagi individu-individu lain. Kepribadian meliputi tingkah laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi,, tanggapan terhadap tekanan, dan cara sehari-hari dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal itu menimbukan kebinekaan kepribadian setiap individu meskipun terkadang memiliki gaya kepribadian yang sama.Ada kelompok yang mudah menyesuaikan diri, berambisi, mempengaruhi, berprestai, idealis, sabar, mendahului perseptif, peka, berketetapan, ulet, dan berhati-hati. Guru harus memahami kondisi kepribadian para siswanya. Setiap anak memiliki potensi, tinggal bagaimana memanfaatkan potensi tersebut seoptimal mungkin.

Menuru Paul Gunadi (2005), kepribadian dibagi menjadi lima tipe yaitu tipe sanguin, flegmatik,melankolik, kolerif, dan asertif. Sesorang yang termasuk dalam tipe sanguin memiliki semangat dan gairah hidup yang tinggi, memiliki banyak kekuatan, dan pandai membuat lingkungannya gembira. Namun dia cenderung impulsif, sehingga memiliki pendirian yang lemah. Jika guru menemukan siswanya demikian, maka sang guru perlu meningkatkan secara terus-menerus perkembangan moral kognitifnya sehingga dalam berinteraksi dan berkomunikasi lebih menggunakan pikiran yang dapt mempertajam pikiran dan melatih sikap kritis dalam menghadapi persoalan. Sedangkan seseorang yang tenang, introspektif, mampu memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya masuk dalm tipe flagmatik, tetapi dia tidak mau susah, tidak mau berkorban, dan cenderung egois. Dalam menanggapi siswa yang demikian, guru perlu membimbing dan mengarahkan sebagai upaya peningkatan moral sehingga menumbuhkan rasa kasih sayang dan sikap murah hati kepada siswa. Tipe melankolik merupakan tipe kepribadian individu yang mudah terobsesi dengan karyanya yang sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaanya kuat dan sangat sensitif, tetapi cenderung murung. Pengatasan masalah siswa tersebut adalah melakukan upaya peningkatan moral dengan tujuan agar siswa mampu menyeimbangkan kekuatan emosional dan perkembangan moral kognitifnya. Sedangka jika siswa memilki kepribadian tipe kolerik, guru melakukan pengembangan emosional dan moral kogntifnya sehingga lebih memiliki sikap peka terhadap individulain. Seseorang yang bertipe kolerik lebih cenderung berorientasi pada tugas, berdisiplin tinggi, serta mamu melaksanakan tugas dengan tanggung jawab. Namun dia kurang mampu meraskan perasaan orang lain sehingga terlihat angkuh dan cuek. Seorang guru patut bersyukur jika memiliki siswa yang berkribadian asertif. Hal ini disebabkan siswa tersebut sangat jarang ditemukan, sangat ideal dan mampu menggunakan otaknya untuk berpikir secara optimal. Dia mampu menyampaikan pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas, kritis, serta teguh pendirian namun perasaannya halus sehingga tidak suka menyakiti perasaan orang lain. Dia mudah berinteraksi, mengekspresikan perasaan dan kepercayaan diri dengan cara terbuka, langsung, jujur, dan tepat. Jika seorang guru mau mempedulikan kepribadian individu yang beraneka tersebut secara bijaksana siswa akan dengan mudah mencapai taraf belajar sempurna baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.

Selain memperhatikan kepribadian para siswanya, guru juga harus mampu mempersiapkan siswanya sebagai pembelajar yang ahli. Individu yang berbeda-beda akan melahirkan sesosok pembelajar yang unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kepribadian yang membuat uniknya pembelajar dipengaruhi oleh perkembangan otak yang juga unik. Perbedaan otak yang memicu lahirnya keunikan hanya dipengaruhi oleh secuil dari keseluruhan otak, namun memberikan pengaruh yang luar biasa. Seorang pendidik harus mampu menenali fakta ini dan memperhitungkannya dengan cara menghormati dan mendukung perbedaan yang ada di antara para pembelajar melalui pembebasan memilih gaya belajar sesuai dengan kebutuhan otak mereka karena hal itu merupakan slah satu sasaran dari lingkungan pembelajaran yang berbasis kemampuan otak.

Cara belajar mempengaruhi struktur dasar otak. Setiap individu memang mamilki cara favorit dalam belajar, namun tidak membuat sebuah pendekatan gaya pembelajaran menjadi berbasis otak. Akan tetapi memberikan pilihan dan berbagai pendekatan dalam lingkungan pembelajaran memang kompatibel dengan kebutuhan otak. Sehingga guru perlu mengarahkan, bukan memaksakan kepada siswa untuk menggunakan gaya belajar secara bervariasi karena otak manusia tidak memiliki gaya pembelajaran tunggal, namun lebih komplek.

Banyak pengembang profil dan format gaya pembelajaran menyatakan bahwa model yang mereka ciptakan berbasis kemampuan otak, namun realitaya jauh dari itu. Sudah saatnya melakukan inovasi untuk menghasilkan pembelajar unik yang berkualitas tinggi.

Pengertian Inovasi Pembelajaran

Inovasi merupakan sebuah kata terjemahan dari innovation yang berarti pembaharuan. Namun terkadang innovation diterjemahkan sama dengan discovery dan invention yang mengandung maksud penemuan. Ada pula yang mengaitkannya dengan modernisasi. Memang makna kata-kata tersebut memilki kemiripan sehingga banyak orang sering keliru dalam menafsirkannya.

Discovery merupakan penemuan segala sesuatu yang memang awalnya suah ada namun belum diketahui orang dan bukan hasil dari kreasi manusia. Jadi penemuan dari hasil discovery ini biasanya berupa alam atau bersifat umum, seperti penemuan benua Amerika oleh Cristopher Colombus. Sebenarnya benua tersebut sudah ada sebelumnya namun yang menemukan pertama kali adalah Colombus.

Invensi ialah penemuan sesuatu yang benar-benar baru atau merupakan hasil kreasi manusia. Sesuatu tersebut memang benar-benar belum ada, kemudian seseorang dengan kreatifitas sendiri mencoba membuatnya. Kreatifitas tersebut tentu saja muncul melalui sebuah proses dari hasil pengalaman, pengamatan, atau berawal dari trial and error namun mampu menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru. Contoh invensi misalnya teori-teori belajar, teori-teori pendidikan seperti dalil Phytagorasoleh Phytagoras, atau penemuan teknologi seperti mesin uap ditemukan oleh James Watt dan pesawat telepon oleh Graham Bell.

Dalam hubungannya dengan modernisasi, keduanya merupakan perubahan sosial. Akan tetapi inovasi lebih menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat. Sedangkan modernisasi mengacu pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern. Inovasi diterima dengan syarat adanya moderisasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa inovasi merupakan suatu ide, cara, hal-hal praktis, serta metode yang mengacu pada perubahan sosial dan dapat dinikmati sebagai suatu hal baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik hasil dari invensi maupun discovery berguna untuk mencapai tujuan sebagai sang problemsolver.

Konsep Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses mencari dan menggali ilmu sebanya-banyaknya agar seseorang mendapatkan pengalaman untuk memperkaya wawasan dan pengetahuannya sehingga menjadi pribadi seutuhnya. Namun sampai saat ini, realita menunjukkan bahwa masih banyaknya kekeliruan pemahaman mengenai konsep belajar yang menuntut kegiatan psikologis, fisik, dan sosio tersebut. Belajar diartikan sebagai kegiatan menerima dan menyerap pembelajaran sehingga timbul persepsi bahwa jika sudah menguasai seluruh materi ilmu pengetahuan dikatakan bahwa belajar telah mencapai taraf berhasil. Padahal, itu hanya akan melahirkan gaya belajar indoktrinatif dan dogmatis layaknya orang berkhotbah yang berakibat sulitnya penyemaian nilai-nilai luhur kepada peserta didik. Apabila penyemaian nilai-nilai luhur tersebut sulit, perubahan perilaku pun tidak akan mampu tercapai. Guru hanya bertindak sebagai penceramah, sementara siswa siap menerima dan mernghafalkan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat membunuh imajinasi siswa secara perlahan. Ada kalanya, belajar harus menghafal misalnya untuk pembelajaran matematika atau fisika yang menggunakan rumus-rumus, namun untuk menyelesaikannya pun diperlukan analisis penerapan rumus.

Belajar dapat berhasil jika memenuhi prinsip-prinsip belajar seperti perubahan tingkah laku, menunjukkan proses, dan menghasilkan pengalaman. Seseorang dapat menguasai segudang ilmu pengetahuan tidak dapat dikatakan berhasil jika di bertindak amoral. Bukan sanjungan, pujian, atau keuntungan yang dia peroleh melainkan jeruji besi yang siap menerimenya dengan pintu terbuka. Belajar tidak dapat berhasil dengan cara yang instant. Belajar membutuhkan sebuah proses secara bertahap dan harus dilakukan dengan kemauan, keikhlasan, kerja keras, dan kesabaran. Melalui sebuah proses, siswa akan lebih mengerti dan memahami apa yang dia pelajari sehingga dia memilki pengalaman dari sebuah proses belajar. Pengalaman tersebut menjadikan dirinya untuk lebih terbiasa sehingga mampu memecahkan persoalan hidup guna mencapai tujuan yang sangat bervariasi. Tujuan-tujuan tersebut dapat digolongkan menjadi dua yang bernama instructional effects yang biasa berwujud pengetahuan dan ketrampilan serta nurturant effects yang berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, mau menerima orang lain, dan sebagainya. Instructional effects merupakan tujuan belajar eksplisit sehingga yang diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional. Sedangkan nurturant effect adalah tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional. Tujuan tersebut menuntut peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar yang ditinggali.

Belajar memiliki kaitan erat dengan pembelajaran. Pembelajaran juga dipandang sebagai suatu proses, cara, dan perbuatan mempelajari. Guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mempelajari sebuah pembelajaran. Sehingga pembelajaran dapat diartikan sebagi usaha guru memotivasi peserta didiknya untuk belajar. Pembelajaran dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Implikasinya, bahwa pembelajaran sebagai suatu proses yang harus dirancang, dikembangkan, dan dikelola secara kreatif, dinamis, dan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan suasana kondusif bagi siswa sehingga tujuan pembelajaran aktif, efektif, dan inovatif, dapat tercapai. Pembelajaran merupakan sesuatau yang kompleks atau bermakna baik ucapan, pikiran, maupun tindakan.

SUMBER:

Agus Suprijono. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009

Dimyanti dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka cipta, 2009

Jensen, Eric. Brain Based Learning. Terjemahan Pembelajaran Berbasis Otak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007

Udin Syaefudin. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar